Internasional, gemasulawesi – Hari Minggu kemarin, tanggal 19 November 2023, Amerika Serikat menyatakan jika Israel tidak boleh memulai operasi militer melawan Hamas di Gaza selatan hingga perencana militer mempertimbangkan keselamatan warga sipil Palestina yang melarikan diri demi keselamatannya.
Hal itu dikatakan oleh seorang pejabat Gedung Putih oleh Amerika Serikat terkait agresi Israel melawan Hamas di Palestina yang hingga kini masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.
Menurutnya, jika Israel kemungkinan akan memulai operasi tempur termasuk di wilayah Gaza selatan, AS menyebutkan percaya bahwa mereka memiliki hak untuk melakukan itu.
Wakil Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jon Finer, berpendapat bahwa operasi militer Israel tidak boleh dilanjutkan sampai orang-orang tersebut, yakni warga sipil tambahan, telah diperhitungkan dalam perencanaan militer Israel.
“Kami akan menyampaikannya langsung kepada mereka dan juga telah menyampaikannya,” ujarnya.
Pejuang Hamas dikatakan menyandera sekitar 240 orang selama serangan lintas batas yang mematikan kepada komunitas Israel di tanggal 7 Oktober 2023 lalu.
Hal ini dikatakan mendorong Israel untuk melakukan pengepungan kepada Gaza dan menyerang wilayah Palestina untuk membasmi mereka.
Serangan yang dilakukan oleh Israel telah menghancurkan wilayah utara Gaza dan dua pertiga dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi ke wilayah selatan.
Kementerian Kesehatan Palestina telah mengumumkan dengan menambah jumlah korban tewas dari warga sipil Palestina menjadi 12.300 orang termasuk 5.000 anak-anak.
Dilansir dari Middle East Monitor, Finer juga mendesak Israel untuk mengambil pelajaran dari operasi militernya di utara Gaza dan memberikan perlindungan yang lebih ditingkatkan lagi bagi warga sipil Palestina.
Hal itu dikatakan Finer dapat dilakukan dengan mempersempit wilayah pertempuran aktif dan menentukan dimana warga sipil dapat mencari perlindungan.
Di hari Sabtu kemarin, Israel telah mengeluarkan peringatan untuk warga sipil Palestina di bagian selatan Gaza untuk pindah karena mereka telah bersiap akan melakukan serangan di wilayah utara Gaza.
Warga Palestina menyatakan jika wilayah selatan telah berulang kali dibombardir oleh Israel sehingga membuat janji keamanan yang diungkapkan Israel menjadi tidak masuk akal.
Israel juga memberikan waktu untuk RS Al Shifa mengosongkan tempatnya dan semua pasien yang masih dapat bergerak untuk pindah ke wilayah selatan dengan berjalan kaki beserta staf medis dan juga dokter. (*/Mey)