Depok, gemasulawesi - Kasus kekerasan yang melibatkan seorang driver ojek online (ojol) yang marah dan merusak rumah seorang pelanggan telah mengejutkan banyak orang.
Aksi driver ojek online ini terjadi di Jalan H. Japat, Kelapa Dua, Kota Depok, Jawa Barat, dan memunculkan berbagai reaksi dari masyarakat setempat.
Dewi Purwanti, seorang pelanggan yang menjadi korban kemarahan driver ojek online dalam insiden tersebut, mengalami kejadian yang sangat traumatis.
Rumahnya diserang oleh driver ojek online yang tampaknya frustasi karena kesulitan mencari alamat.
Akibat dari amukan tersebut, kaca jendela rumah Dewi pecah dan menyebabkan anaknya mengalami luka-luka akibat serpihan kaca yang berserakan di dalam rumah.
Video rekaman kejadian ini menjadi viral di media sosial, memperlihatkan betapa parahnya kerusakan yang ditimbulkan.
Serpihan kaca yang berserak hingga 50-100 meter dari jendela, serta kaca yang retak di bingkai jendela, memberikan gambaran jelas tentang intensitas dan kekerasan insiden tersebut.
Bahkan, sepeda motor putih yang terparkir di luar rumah juga ikut terkena dampak, dengan bagian sisi motor menimpa kaca jendela yang pecah.
Reaksi dari masyarakat terhadap kejadian ini mencerminkan kekhawatiran yang mendalam terhadap keamanan dan perlindungan konsumen.
Banyak yang mengecam tindakan pengemudi ojol yang tidak hanya merusak properti milik Dewi Purwanti, tetapi juga mengancam keselamatan keluarganya.
“Semarah-semarahnya jadi ojol, jangan berani-berani sembarangan. Masalahnya sudah terjadi pengrusakan dan ancaman. Semoga ada penyelesaiannya. Untuk konsumen juga seharusnya, kalau lagi butuh jasa, tetap harus ada komunikasi yang baik. Posisi rumahku juga tidak ada di Google Maps, titiknya pas tapi ya begitulah,” komentar akun @yus***.
Kecaman terhadap tindakan tersebut tidak hanya berasal dari warganet, tetapi juga dari berbagai pihak yang menyuarakan perlunya tindakan hukum yang tegas terhadap pelaku.
Kasus ini juga menyoroti pentingnya penanganan konflik secara profesional dalam layanan jasa transportasi online.
Driver ojol sebagai bagian dari industri ini diharapkan dapat menghadapi tantangan dan frustrasi dengan cara yang lebih terkontrol, serta tetap menjaga sikap profesional dan menghormati hak-hak serta keamanan konsumen.
Namun tak sedikit pula yang menilai jika keduanya sama-sama salah.
“Tetap dua-duanya salah, yang satu enggan mengakui kesalahannya dan meminta maaf karena membuat ojol menunggu, yang lainnya terlalu emosional sampai merusak barang dan mengancam. Kedua perilaku ini tidak dibenarkan dalam kehidupan bermasyarakat,” komentar akun @bc***. (*/Shofia)