Berita parigi moutong, gemasulawesi– Pemda Parigi Moutong Sulawesi Tengah (Sulteng), sosialisasi pentingnya pencegahan secara dini di wilayah lokus stunting.
“Terdapat 47 desa pada 11 kecamatan di Parigi Moutong menjadi lokus stunting,” ungkap Kabid Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik, Diskominfo Parigi Moutong Rislan, di ruang kerjanya, Jumat 26 Juni 2020.
Ia melanjutkan, kegiatan sosialisasi ini didukung seluruh pihak. Termasuk didalamnya PKM, OPD terkait, keterlibatan media online maupun cetak serta radiao untuk kepentingan publikasi.
47 desa lokus sosialisasi stunting di Parigi Moutong sebagai berikut untuk wilayah Kecamatan Torue terdapat lima desa yaitu Desa Tolai Barat, Astina, Purwosari, Alobaru, Tanalanto dan Torue.
Kemudian, daerah lokus stunting lainnya di Kecamatan Siniu yaitu Desa Silanga, Sayongindano, Tandaigi dan Paranggi. Kecamatan Ampibabo adalah Desa Buranga, Ampibabo Utara dan Lemo Utara.
“Untuk Kecamatan Ongka Malino diantaranya Desa Tinombala Sejati, Karya Mandiri, Tinombala, Kayu Jati, Ongka, Trimuspasari,Padaelo dan Tabolo bolo,” tuturnya.
Lokus stunting berikutnya, Kecamatan Moutong yaitu Mbelang mbelang, Salepae, Sialopa, Moutong Timur, Moutong Barat, Moutong Utara, Gio, Gio Timur, Gio Barat, Lobu, Sijoli, Aedan Raya, Boloung Olonggata, Olonggata, labuan, Pande, Tuladengngi Pantai dan Pandelalap.
Sementara itu, di Kecamatan Bolano Lambunu adalah Desa Lambunu Timur. Kecamatan Tomini yaitu Desa Ambesia Barat dan Tingkulang. Desa Taipaobal di Kecamatan Tinombo, Desa Tada Timur di Kecamatan Tinombo Selatan.
Terakhir, Desa Matolele di Kecamatan Parigi Tengah dan Desa Olobaru di Kecamatan Parigi Selatan.
“Bentuk sosialisasi kami melalui pemasangan baliho, banner dan poster di wilayah itu,” urainya.
Diketahui, stunting menunjukkan kekurangan gizi kronis yang terjadi selama periode paling awal pertumbuhan dan perkembangan anak.
Tidak hanya tubuh pendek, stunting memiliki banyak dampak buruk untuk anak. Berikut beberapa penyebab dan dampak dari kondisi stunting.
Pada tahun 2019, survei membuktikan sekitar 30 persen balita Indonesia mengalami stunting. Kondisi ini bisa disebabkan banyak aspek, mulai dari aspek pendidikan hingga ekonomi.
Stunting sangat penting untuk dicegah. Hal ini disebabkan dampak stunting yang sulit untuk diperbaiki dan dapat merugikan masa depan anak.
Baca: Ini Dia 10 Tempat Wisata Kediri yang Wajib kamu Kunjungi
Penyebab Anak Mengalami Stunting
Status gizi buruk pada ibu hamil dan bayi merupakan faktor utama yang menyebabkan anak balita mengalami stunting. Ada banyak sekali hal-hal yang dapat memicu terjadinya gizi buruk ini.
Berikut adalah penyebab gizi buruk pada ibu hamil dan bayi yang masih sering ditemui:
- Pengetahuan ibu yang kurang memadai
Sejak di dalam kandungan, bayi sudah membutuhkan berbagai nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Untuk mencapai ini, ibu harus berada dalam keadaan sehat dan bergizi baik. Jika ibu tidak memiliki pengetahuan akan asupan nutrisi yang baik untuknya dan janin, hal ini akan sulit didapatkan.
Begitu pula setelah lahir, 1000 hari pertama kehiduan (0-2 tahun) adalah waktu yang sangat krusial untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada masa ini, bayi membutuhkan ASI eksklusif selama 6 bulan dan tambahan makanan pendamping ASI (MPASI) yang berkualitas setelahnya. Maka, ibu harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai gizi anak.
Faktor lainnya yang juga dapat memicu stunting adalah jika anak terlahir dengan kondisi sindrom alkohol janin (fetus alcohol syndrome).
Kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebihan saat hamil yang kemungkinan diawali ketidaktahuan ibu akan larangan terhadap hal ini.
- Infeksi berulang atau kronis
Tubuh mendapatkan energi dari asupan makanan. Penyakit infeksi berulang yang dialami sejak bayi menyebabkan tubuh anak selalu membutuhkan energi lebih untuk melawan penyakit.
Jika kebutuhan ini tidak diimbangi dengan asupan yang cukup, anak akan mengalami kekurangan gizi dan akhirnya berujung dengan stunting.
Terjadinya infeksi sangat erat kaitannya dengan pengetahuan ibu dalam cara menyiapkan makan untuk anak dan sanitasi di tempat tinggal.
- Sanitasi yang buruk
Sulitnya air bersih dan sanitasi yang buruk dapat menyebabkan stunting pada anak. Penggunaan air sumur yang tidak bersih untuk masak atau minum disertai kurangnya ketersediaan kakus merupakan penyebab terbanyak terjadinya infeksi.
Kedua hal ini bisa meninggikan risiko anak berulang-ulang menderita diare dan infeksi cacing usus (cacingan).
- Terbatasnya layanan kesehatan
Kenyataannya, masih ada daerah tertinggal di Indonesia yang kekurangan layanan kesehatan.
Padahal, selain untuk memberikan perawatan pada anak atau ibu hamil yang sakit, tenaga kesehatan juga dibutuhkan untuk memberi pengetahuan mengenai gizi untuk ibu hamil dan anak di masa awal kehidupannya.
Dampak Stunting terhadap Kesehatan Anak
Stunting pada anak dapat mempengaruhinya dari ia kecil hingga dewasa. Dalam jangka pendek, stunting pada anak menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan pertumbuhan fisik.
Sekilas, proporsi tubuh anak stunting mungkin terlihat normal. Namun, kenyataannya ia lebih pendek dari anak-anak seusianya.
Seiring dengan bertambahnya usia anak, stunting dapat menyebabkan berbagai macam masalah, di antaranya:
Kecerdasan anak di bawah rata-rata sehingga prestasi belajarnya tidak bisa maksimal.
Sistem imun tubuh anak tidak baik sehingga anak mudah sakit.
Anak akan lebih tinggi berisiko menderita penyakit diabetes, penyakit jantung, stroke, dan kanker.
Dampak buruk stunting yang menghantui hingga usia tua membuat kondisi ini sangat penting untuk dicegah. Gizi yang baik dan tubuh yang sehat merupakan kunci dari pencegahan stunting. Berikut hal-hal yang harus diingat untuk mencegah stunting:
Mengonsumsi makanan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan selama hamil dan selama menyusui.
Memberikan nutrisi yang baik kepada Si Kecil, seperti memberikan ASI eksklusif dan nutrisi penting lainnya seiring pertambahan usi
Rutin memeriksakan kehamilan serta pertumbuhan dan perkembangan anak setelah lahir.
Menerapkan pola hidup bersih dan sehat, terutama mencuci tangan sebelum makan, serta memiliki sanitasi yang bersih di lingkungan rumah.
Menghindari terjadinya stunting memang memerlukan ketekunan dan usaha yang menyeluruh dari semua pihak. Ingat, tanggung jawab ini bukan hanya milik para ibu, loh, melainkan milik seluruh anggota keluarga.
PHBS Bisa Cegah Stunting di Parigi Moutong, Ini Indikatornya
Ternyata, Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS bisa mencegah stunting di Parigi Moutong. Berikut sepuluh indikator penerapan di kehidupan sehari-hari.
“PHBS harus diterapkan di tengah warga untuk mencegah terjadinya stunting di Parigi Moutong,” ungkap Kepala seksi promosi dan pemberdayaan masyarakat Dinas Kesehatan Parigi Moutong (Parimo), Gede Budiaso.
Kesepuluh indikator PHBS itu antara lain, bersalin didampingi tenaga kesehatan (Bidan) maupun dokter. Karena, secara otomatis bisa mengetahui kondisi bayi stunting atau tidak. Sehingga, bisa ada upaya pencegahan pada 1000 hari pertama kehidupan.
Kemudian, indikator berikutnya adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif, menimbang bayi atau balita secara teratur, menggunakan jamban yang sehat, dan menggunakan air bersih yang sehat.
Selanjutnya, perilaku hidup sehat itu juga melakukan aktivitas secara rutin, mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, memberantas sarang nyamuk, melakukan olahraga olahraga ringan dan tidak merokok di dalam rumah.
Khusus untuk indikator bersalin yang didampingi bidan, pihaknya menyarankan ibu hamil tentang resiko melahirkan ke dukun yang memiliki banyak implikasi.
“Kalau dukun, tidak bisa melakukan analisa apakah ibu beresiko melahirkan atau tidak. Karena ibu hamil itu tidak rutin melakukan pemeriksaan ke dukun,” jelasnya.
Menurutnya, kalau selama masa kehamilan ibu sudah melakukan konsultasi ke bidan minimal empat kali. Tujuannya, agar bidan bisa mengantisipasi resiko yang dialami ibu hamil.
Sehingga, pihaknya menyarankan agar berkonsultasi ke tenaga kesehatan. Supaya bisa mendeteksi berbagai masalah misalnya pendarahan, atau bayi yang berat badannya kurang. Ataupun pendeteksian sedini mungkin kepada anak yang lahir dengan ukuran tubuh yang pendek.
“Resiko stunting bisa diperbaiki sebelum usia bayi berumur dua tahun. Caranya, dengan pemberian asupan gizi sesuai umur bayi. Misalnya, pemberian ASI eksklusif. Asupan eksklusif melebihi kandungan gizi pada produki susu buatan,” tutupnya.
Laporan: Muhammad Rafii