Nasional, gemasulawesi – Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, menilai bahwa modal utama untuk memindahkan dan juga membangun ibu kota dari Jakarta ke IKN harus berasal dari sumber daya yang ada di dalam negeri.
Prabowo Subianto juga menyatakan optimismenya jika sumber daya dalam negeri tersebut dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk membangun IKN menjadi ibu kota Indonesia.
Menurut Prabowo Subianto, nantinya para investor asing akan menanamkan modalnya untuk proyek IKN.
Dia mengatakan pihaknya sangat percaya diri dan meyakini jika pembangunan IKN adalah proyek yang politis.
Diketahui jika pemerintah RI di masa kepemimpinan Presiden Jokowi dalam proses membangun IKN menjadi ibu kota negara untuk menggantikan Jakarta.
Prabowo juga menyampaikan secara terbuka jika proyek IKN akan dilanjutkan olehnya.
Dia juga menyatakan dukungan dan komitmennya untuk memindahkan ibu kota negara ke IKN dari Jakarta.
Dalam keterangannya kemarin, 15 Mei 2024, Prabowo menerangkan Jakarta bukan ibu kota negara yang ideal untuk Indonesia.
“Hal ini dikarenakan wilayahnya yang telah padat penduduk dan juga daya dukung alamnya yang tidak lagi memadai,” katanya.
Dia juga sempat menyinggung masalah naiknya tinggi dari permukaan air laut yang memberikan dampak di bagian utara Jakarta.
Dia menyebutkan tinggi permukaan air laut naik sekitar 5 hingga 10 centimeter setiap tahunnya sehingga harus dibuat tanggul raksasa.
“Namun, memindahkan ibu kota ini juga menjadi salah satu cara untuk membawa sumber-sumber pertumbuhan ekonomi ke luar Jakarta dan ke luar Jawa,” terangnya.
Dia melanjutkan dalam beberapa tahun ke depan sebelum tanggul raksasa ini berdiri sekitar 10 hingga 15 tahun ke depan, ibu kota Indonesia telah ada di lokasi yang aman dari ancaman yang dikhawatirkan tersebut.
Prabowo juga sempat menjelaskan strategi dari pemerintah Indonesia untuk membiayai pembangunan IKN.
Dia mengatakan biaya pembangunan IKN diprediksi mencapai 35 miliar dolar AS, namun untuk sekitar 25 hingga 30 tahun.
“Artinya, beban biaya per tahunnya adalah sekitar 1 miliar dolar AS dan perekonomian Indonesia dengan anggarannya dapat membayar semua itu,” tandasnya. (*/Mey)