Nasional, gemasulawesi – Menurut laporan, mantan Ketua PBNU, Said Aqil Siroj, menyatakan jika praktik politik identitas yang menggunakan agama merupakan tindakan yang dilarang tegas di dalam Al Quran.
Said Aqil Siroj menerangkan jika akan sangat berbahaya jika agama digunakan sebagai alat politik.
Said Aqil Siroj menekankan jika itu adalah hal yang sama sekali tidak benar dan juga diharamkan dalam Al Quran.
Dia menilai politik identitas hanya akan mengakibatkan masyarakat Indonesia terpecah belah dan juga akan memicu konflik yang besar untuk ke depannya.
Said menambahkan jika praktik politik identitas juga akan memberikan ancaman untuk mereka yang menjadi kelompok minoritas karena mereka dapat menjadi sasaran intimidasi dari kelompok yang menjadi mayoritas.
Dalam kesempatan tersebut, Said Aqil mencontohkan fenomena 212 sebagai hasil dari politik identitas.
Dia juga menegaskan penolakannya terhadap gerakan 212 karena tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada di dalam agama Islam.
“Jika mereka menyebutnya sebagai kebangkitan Islam, maka itu bukan kebangkitan Islam karena mereka tidurnya di masjid dan melakukan salat di Monas,” katanya.
Menurut Said Aqil Siroj, jika kebangkitan Islam maka akan melakukan hal yang sebaliknya, yaitu tidur di jalan dan melakukan salat di masjid.
Saat ditanyakan mengenai kemungkinan adanya politik identitas dalam Pemilu tahun 2024, Said Aqil Siroj mengakui jika praktik itu masih ada dan berharap semoga suatu saat dapat hilang.
Sebelumnya, Said Aqil juga mengkritik larangan buka bersama untuk ASN dan pejabat pemerintahan.
Dia menilai jika itu adalah bentuk over intervensi pemerintah di dalam kehidupan beragama.
Said Aqil juga meminta agar pemerintah mencabut larangan itu.
Said Aqil Siroj menjelaskan jika dapat saja maksud di balik larangan tersebut baik, yaitu dengan tidak melakukan pemborosan uang negara.
“Jika itu benar maksudnya, maka buka puasanya tidak boleh dilarang, namun, pengeluarannya ditekan dan menggunakan uang pribadi dari para ASN sendiri atau pejabat,” terangnya. (*/Mey)