Kupas Tuntas, gemasulawesi - Benteng Tugu Kutarih adalah sebuah titik penanda dalam sejarah Aceh Tenggara, tidak sekadar monumen batu yang megah.
Ia adalah tugu peringatan yang menggambarkan ketabahan dan semangat perjuangan rakyatnya melawan penjajah.
Terletak di Desa Kutarih, keberadaannya menjadi saksi bisu dari tragedi yang tak terlupakan.
Kisah tragis Perang Aceh-Belanda pada tahun 1904 mencatat luka yang mendalam di relung sejarah.
Serangan brutal pasukan Belanda yang dipimpin oleh Gotfried Coenraad Ernst Van Daalen menghantam wilayah Gayo dan Alas dengan kejamnya.
Di tengah ketidakadilan itu, Benteng Kuta Reh menjadi saksi bisu dari pertumpahan darah yang menghancurkan.
Tragedi Benteng Kuta Reh tidak hanya meninggalkan jejak berdarah, tetapi juga menorehkan luka mendalam dalam ingatan kolektif.
Lebih dari seribu jiwa melayang, meninggalkan duka yang meresap dalam jiwa rakyat Aceh.
Pembantaian itu menjadi simbol dari penindasan yang dialami oleh bangsa yang berjuang untuk kebebasan.
Namun, di balik tragedi itu, ada cerita keberanian dan pengorbanan yang tak terpadamkan.
Nama-nama pahlawan yang gigih mempertahankan tanah airnya terukir dalam sejarah dengan penuh kebanggaan.
Mereka adalah pejuang yang tidak gentar menghadapi ancaman, menjaga teguh harga diri dan martabat bangsa.
Benteng Tugu Kutarih, dengan segala megahnya, mengajak kita untuk menghargai jasa para pahlawan yang telah berkorban demi kemerdekaan.
Setiap sudutnya memberi cerita yang mendalam tentang semangat kebangsaan yang tidak pernah padam.
Kunjungan ke sini bukan hanya sekadar melihat puing-puing sejarah, tetapi juga merenungkan arti dari kebebasan yang kita nikmati saat ini.
Maka, marilah kita hiasi tugu peringatan ini dengan penghormatan dan rasa syukur atas jasa-jasa mereka.
Benteng Tugu Kutarih dengan segala kekuatannya, mengajarkan kita untuk tidak pernah melupakan akar dari keberanian dan pengorbanan yang menjadi fondasi bangsa ini. (*/CAM)