Lombok, gemasulawesi - Video 103 pendaki yang dipaksa turun saat tiba di pos 2 jalur pendakian Sembalun Lawang, Gunung Rinjani, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), menjadi viral di media sosial.
Aksi penipuan kepada ratusan pendaki ini viral usai diunggah oleh akun Instagram @rinjanisamalsindonesia.
Diketahui para pendaki tersebut menjadi korban penipuan dari jasa open trip (OT) di Gunung Rinjani pada 14 April 2024 lalu.
“Info dari Kepala Resort Sembalun bahwa tanggal 14 april 2024, sebanyak 103 pendaki dicegat di pos 2 jalur Sembalun dan diarahkan kembali keluar kawasan TNGR karena tidak memiliki tiket masuk atau tidak bisa menunjukan simaksi,” tulis akun @rinjanisamalsindonesia.
Dalam video berdurasi 00:59 detik itu, terlihat para pendaki tiba di Pos 2 Sembalun dengan membawa perlengkapan pendakian.
Namun, mereka diminta untuk putar balik oleh petugas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Lombok karena tidak memiliki tiket atau Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (Simaksi).
Peristiwa ini menyebabkan kekecewaan bagi para pendaki, termasuk yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.
Banyak di antara mereka yang sudah menabung dan mempersiapkan diri untuk mendaki Gunung Rinjani.
Respon dari netizen di media sosial juga mencerminkan kekecewaan dan curahan hati dari para korban dan keluarga mereka yang merasa tertipu oleh jasa open trip yang nakal.
"Waah, kalau beneran gara-gara ketipu OT kasian banget sih, tidak terbayangkan bagaimana effort mereka buat bisa pergi ke sana," tulis akun @els****.
Salah seorang warganet lainnya juga menyebut jika OT yang bermasalah kebanyakan dari luar Lombok.
"Kebanyak yang bermasalah ini OT dari luar Lombok. Kalo teman download e-rinjani disana sudah ada OT yang sudah terdaftar dan itu mungkin lebih dapat dipercaya. Dan itu OT lokal semua," tulis akun @yez****.
Usai berita ini viral, Kepala Balai TNGR atau Taman Nasional Gunung Rinjani, Dedy Asriady, secara tegas membenarkan kejadian ini dan menyampaikan rasa kasihannya terhadap para korban yang tertipu.
Dia juga menegaskan pentingnya berhati-hati dalam memilih jasa open trip dan berkoordinasi dengan petugas untuk menindaklanjuti kasus penipuan tersebut.
Dedy menjelaskan bahwa pendakian Gunung Rinjani menggunakan sistem kuota dan tiket yang bisa dipesan secara online melalui aplikasi e-Rinjani.
Dedy menjelaskan bahwa aplikasi e-Rinjani dapat diakses oleh semua pihak, baik perseorangan maupun melalui jasa trekking organizer atau open trip.
"Aplikasi e-Rinjani itu bisa diakses oleh semua pihak. Mau perseorangan boleh, melalui jasa treking organizer juga boleh, jasa open trip boleh. Kalau tidak dapat tiket, itu artinya kuotanya penuh," jelas Dedy dalam keterangannya pada Selasa, 16 April 2024.
Jika pendaki tidak memiliki tiket atau kuota, mereka akan diminta untuk turun.
Hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan para pendaki serta menjaga kelestarian alam.
Saat ini, dengan penuh kuota di tiga jalur pendakian utama, yakni Senaru, Sembalun, dan Torean, Dedy memberikan arahan kepada calon pendaki yang tidak kebagian tiket untuk menggunakan jalur alternatif lain.
Ini adalah langkah yang tepat untuk memastikan keberlangsungan pendakian yang aman dan bertanggung jawab. (*/Shofia)