Pesisir Selatan, gemasulawesi – Dilaporkan jika bencana banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, pada tanggal 7 Maret 2024, telah menyebabkan banyak persoalan untuk para korban yang terdampak.
Salah satunya terjadi di Nagari atau Desa Gantiang Mudiak Surantiah, Kecamatan Sutra, Kabupaten Pesisir Selatan.
Menurut laporan, di wilayah Nagari Gantiang Mudiak Surantiah, banjir bandang setinggi 2 meter telah merendam dan juga menghanyutkan sejumlah rumah.
Selain itu, banyak rumah yang mengalami kerusakan atau fasilitas masjid yang juga rusak.
Hal tersebut menyebabkan warga terpaksa menjalani ibadah puasa Ramadhan di tenda-tenda darurat.
Laporan yang sama menyatakan jika sekitar 20 rumah terdampak di kampung tersebut.
Masjid yang juga biasa dipakai untuk beribadah saat bulan Ramadhan juga mengalami kerusakan yang parah.
Tikar atau sajadah masjid terendam lumpur dari banjir bandang, serta sebagiannya hanyut, dan semua alat pengeras suara rusak berat.
Murni, yang merupakan salah satu warga yang terdampak, mengatakan jika banjir bandang datang dengan tiba-tiba dan menyebabkan semua barang hanyut.
“Untuk saat ini, kami tinggal di posko yang sengaja didirikan di depan rumah,” ungkapnya.
Murni mengungkapkan warga berharap jika pemerintah kabupaten dan juga provinsi segera melakukan penanganan terhadap masalah para penyintas bencana banjir bandang.
“Antara lain, seperti mendirikan hunian sementara sambil menunggu warga dapat membangun kembali rumahnya sehingga dapat menjalankan ibadah puasa dengan tenang,” ucapnya.
Di sisi lain, BNPB menyatakan jika sebanyak 30 orang warga di Provinsi Sumatera Barat meninggal dunia akibat bencana banjir dan juga longsor.
Letjen TNI Suharyanto, yang merupakan Kepala BNPB, menyebutkan jika para korban terdapat di 2 kabupaten, yaitu Padang Pariaman dan Pesisir Selatan.
Menurutnya, bencana ini cukup masif karena menyebabkan korban jiwa 27 orang di Pesisir Selatan, serta 3 orang lainnya di Padang Pariaman.
Dia menambahkan jika bencana hidrometeorologi juga menyebabkan kerusakan infrastruktur di Ranah Minang. (*/Mey)