Nasional, gemasulawesi - Sekolah Rakyat yang akan mulai berjalan pada 14 Juli nanti dirancang dengan sistem berasrama.
Artinya, para siswa akan tinggal dan menetap di asrama yang sudah disiapkan sebagai bagian dari proses pembelajaran dan pembinaan.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menegaskan bahwa orang tua tetap diberikan kebebasan untuk menjenguk anak-anak mereka kapan saja.
Ia menyatakan tidak ada pembatasan bagi keluarga yang ingin melihat kondisi anaknya.
Baca Juga:
Simulasi Sekolah Rakyat Sentra Handayani: Bangun Disiplin dan Gaya Hidup Sehat Sejak Dini
"Sesuai dengan arahan dari Presiden, orang tua dipersilakan datang kapan saja untuk menjenguk anak-anaknya," ujar Gus Ipul saat berdialog dengan para wali murid di simulasi Sekolah Rakyat, Sentra Terpadu Pangudi Luhur, Bekasi.
Gus Ipul juga mengingatkan agar kepala sekolah menyediakan ruang dan pelayanan yang layak bagi orang tua yang datang menjenguk anaknya.
“Yang penting harapannya, kunjungan dilakukan di luar jam pelajaran,” ujarnya.
Saat berkunjung ke Bekasi, Gus Ipul menyempatkan diri berbincang langsung dengan sejumlah orang tua siswa yang hadir dalam kegiatan simulasi Sekolah Rakyat.
Baca Juga:
Nusron Wahid Instruksikan Evaluasi Tunggakan Layanan Pertanahan di Seluruh Kantah
Dalam dialog tersebut, ia menanyakan bagaimana kondisi keluarga masing-masing serta memastikan kesiapan orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka di Sekolah Rakyat.
Gus Ipul menjelaskan bahwa hal pertama yang ditanyakan kepada para orang tua calon siswa adalah kondisi keluarga mereka, karena hal itu menjadi syarat utama dalam seleksi Sekolah Rakyat.
Selain itu, ia juga menanyakan kesediaan mereka untuk menyekolahkan anak-anaknya di lembaga tersebut.
Salah satu yang berdialog langsung dengannya adalah Sariman Taufik, warga Bantargebang yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung.
Bersama istri dan ketiga anaknya, Sariman tinggal di sebuah gubuk yang disewa seharga Rp600 ribu per tahun.
"Penghasilannya berapa sehari?" tanya Gus Ipul kepada Sariman.
Sariman menjawab, "Kadang cuma Rp50 ribu, kadang Rp70 ribu."
Putra Sariman, Ahmad Hariyadi, menjadi salah satu peserta Sekolah Rakyat di Sentra Terpadu Pangudi Luhur. Dengan suara penuh harap, Sariman berkata, "Semoga anak saya bisa membantu orang tuanya suatu hari nanti."
Baca Juga:
KPK Lantik Delapan Pegawai Baru, Dorong Kepemimpinan dan Integritas dalam Pemberantasan Korupsi
Ia pun menyampaikan rasa terima kasihnya, “Terima kasih atas adanya Sekolah Rakyat ini, untuk Pak Menteri dan Pak Presiden Prabowo.”
Sariman dan anaknya mewakili wajah-wajah keluarga miskin di Indonesia yang sangat membutuhkan dukungan pendidikan.
“Mereka ini adalah contoh nyata anak-anak yang kemungkinan besar tidak akan bisa melanjutkan pendidikan, bahkan mungkin tak bisa sekolah sama sekali,” ungkap Gus Ipul.
Tahun ajaran baru Sekolah Rakyat akan dimulai pada Juli 2025, dengan pelaksanaan di 100 titik awal. Sebanyak 63 lokasi akan mulai pada 14 Juli 2025, dan sisanya sebanyak 37 titik akan menyusul di akhir bulan.
Baca Juga:
Apple Berniat Meluncurkan Serangkaian Perangkat Wearable di Masa Mendatang: Inilah Rencana Mereka
Sekolah Rakyat merupakan inisiatif Presiden Prabowo Subianto untuk memberikan pendidikan yang layak dan gratis bagi anak-anak dari keluarga sangat miskin, khususnya yang berada di kelompok Desil 1 dan 2 sesuai data DTSEN.
Sekolah ini dirancang dalam sistem berasrama dan mencakup jenjang SD, SMP, hingga SMA, sebagai bagian dari strategi pemerintah dalam memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan. (*/Zahra)