Nasional, gemasulawesi - Kejadian mengejutkan terjadi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, di mana puluhan warga harus dilarikan ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sambang Lihum setelah mengalami keracunan akibat mengonsumsi kecubung.
Insiden ini menyebabkan dua orang di Banjarmasin meninggal dunia setelah mencampur kecubung dengan alkohol dan obat-obatan.
Dua korban yang meninggal adalah seorang pria berusia 20 tahun dan seorang pria berusia 44 tahun, keduanya berasal dari Banjarmasin.
Sementara itu, sebanyak 44 pasien lainnya dirawat di RSJ dengan rentang usia antara 22 hingga 55 tahun, termasuk tiga perempuan.
Menurut Kabid Humas Polda Kalimantan Selatan, Kombes Pol Adam Erwindi, Direktorat Reserse Narkoba Polda Kalsel sedang menyelidiki peristiwa ini lebih lanjut.
“Kami mengimbau masyarakat untuk tidak meniru perilaku tersebut karena berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan,” ujar Adam dalam keterangannya.
Direktur RSJ Sambang Lihum, Yuddy Riswandhy, menyatakan bahwa fenomena mabuk kecubung di Banjarmasin adalah masalah serius.
“Pasien laki-laki meninggal dunia pada Jumat, 5 Juli 2024, dan pasien perempuan pada Selasa pagi, 9 Juli 2024,” kata Yuddy, dikutip pada Jumat, 12 Juli 2024.
Yuddy menekankan bahwa pihak rumah sakit berusaha semaksimal mungkin untuk merawat para pasien yang terkena dampak racun kecubung ini.
Saat ini, RSJ Sambang Lihum sedang merawat total 44 pasien yang diduga kuat mengonsumsi tanaman beracun kecubung.
Menurut Yuddy, para pasien mengalami gangguan mental dengan kondisi yang bervariasi, mulai dari ringan hingga akut.
Sayangnya, semua pasien masih dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk berkomunikasi, menunjukkan betapa serius dampak racun tersebut terhadap kondisi mental mereka.
Keracunan kecubung dapat menyebabkan efek halusinasi yang kuat, gangguan mental, dan dalam kasus parah, kematian.
Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat untuk menyadari bahaya ini dan menjauhi penggunaan tanaman atau zat-zat beracun tanpa pengawasan medis.
Kejadian ini menjadi viral di media sosial dan menimbulkan beragam komentar netizen.
"Jadi, obat itu sudah dibentuk menjadi obat bukan langsung dari buahnya yang dikonsumsi. Ada yang menyebutnya jinet (untuk membuat mabuk), jadi efek yang ditimbulkan langsung double kill, mabuk dan halusinasi, makanya akibatnya sangat parah. Saat ini obat tersebut merajalela di Banjarmasin," komentar akun @mur***.
Kejadian ini menyoroti betapa bahayanya mengonsumsi tanaman beracun seperti kecubung, terutama jika dicampur dengan zat lain seperti alkohol dan obat-obatan.
Pemerintah dan otoritas kesehatan diharapkan dapat mengambil tindakan pencegahan yang lebih efektif untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya mengonsumsi zat-zat beracun.
Selain itu, peningkatan pengawasan dan penegakan hukum terhadap penyalahgunaan tanaman beracun dan zat-zat berbahaya lainnya juga menjadi langkah penting untuk mencegah terjadinya kasus serupa di masa mendatang.
Kasus keracunan kecubung di Banjarmasin ini menjadi peringatan keras bagi semua pihak tentang bahaya penggunaan tanaman beracun dan pentingnya kesadaran akan risiko kesehatan yang ditimbulkan.
Diharapkan, dengan adanya perhatian yang lebih serius dan tindakan pencegahan yang tepat, kejadian tragis seperti ini tidak akan terulang kembali. (*/Shofia)