Internasional, gemasulawesi – Menurut laporan, dikarenakan kehabisan pilihan dan juga menjadi salah satu solusi menghadapi musim dingin, para orang tua di Jalur Gaza kini terpaksa mengenakan pakaian APD rumah sakit yang dikenal dengan nama hazmat.
Disebutkan jika hal tersebut dilakukan dalam upaya mereka menjaga anak-anak di Jalur Gaza yang terpaksa hidup dalam pengungsian agar tetap hangat dan kering.
Rakyat Palestina di Jalur Gaza, yang banyak diantara mereka yang terpaksa mengungsi berkali-kali, menderita karena musim dingin yang parah dan juga harus tinggal di tenda-tenda yang tipis.
Banyak juga warga Palestina yang hanya memiliki 1 pakaian, yaitu pakaian yang mereka kenakan dikarenakan harus mengungsi secara mendadak.
Disebutkan jika pakaian itu basah, maka kecil kemungkinannya akan cepat mengering dalam cuaca musim dingin yang sedang melanda Jalur Gaza.
Di beberapa daerah di Jalur Gaza, sukarelawan dikabarkan membagikan hazmat untuk para pengungsi.
Dilaporkan jika baju tersebut merupakan sisa dari pandemi Covid-19 yang melanda dunia beberapa waktu yang lalu.
Salah satu anak Gaza, Nour Al-Bayouk, yang masih berusia 11 tahun, mengatakan jika dia, orang tua dan juga saudara perempuannya datang ke Rafah dari Maan untuk menghindari pemboman penjajah Israel.
“Tenda yang kami tempati sangat dingin dan tidak melindungi kami dari hujan yang lebat,” katanya.
Nour mengakui ketika truk-truk bantuan datang dengan membawa hazmat, dia dan saudara perempuannya bergegas datang untuk mengambilnya dan mereka memilih untuk mengenakannya.
“Saya kepanasan dan air tidak masuk ke pakaian saya,” ujarnya.
Nour mengungkapkan jika dia tidak memiliki pakaian alternatif sama sekali.
“Jika pakaian saya basah, saya tidak akan menemukan pakaian lain untuk dipakai,” jelasnya.
Nour menuturkan jika dia merasa seperti orang yang sedang menjalani operasi atau astronot.
“Kami menganggap pakaian ini sebagai kesempatan untuk menyelamatkan kami dari dingin dan juga hujan,” terangnya.
Namun, kini hal tersebut telah menjadi pemandangan yang biasa, karena semakin banyak anak yang melakukan hal serupa. (*/Mey)