Internasional, gemasulawesi – Koordinator gender OXFAM untuk wilayah MENA, Hadeel Qazzaz, menggambarkan situasi di Jalur Gaza mengerikan.
Hadeel Qazzaz, yang mempunyai keluarga di Jalur Gaza yang dikepung dan dibombardir, menyampaikan jika dia khawatir dengan ibunya yang berusia 80 tahun.
“Ibu saya kehilangan berat badan hingga hampir 25 kilogram dikarenakan kekurangan makanan yang melanda Jalur Gaza,” tuturnya.
Dia menambahkan ibunya hanya makan 1 kali sehari.
“Jika di usia 80 tahun, maka siapapun tidak mampu menurunkan berat badan hingga sebanyak itu,” katanya.
Dia juga mengungkapkan jika masyarakat Palestina di Jalur Gaza telah hidup dengan mengonsumsi makanan kaleng selama 8 bulan perang berlangsung.
Baca Juga:
Ajukan Permohonan, Palestina Dilaporkan Berupaya untuk Bergabung dalam Kasus Genosida Gaza di ICJ
“Salah satu saudara perempuan saya juga telah berpindah hingga 10 kali dari 1 rumah ke rumah yang lainnya untuk mencari keamanan,” ujarnya.
Hadeel Qazzaz menerangkan selama perintah evakuasi Rafah, saudara perempuannya harus berangkat setengah jam lagi dan hanya dapat membawa apapun yang dia bisa.
Dia menyatakan saudaranya harus membayar sejumlah besar uang untuk membeli sebuah mobil kecil yang dapat membawa apapun yang dia bisa bawa.
“Dia juga memerlukan waktu hingga hampir 4 jam untuk dapat berpindah ke lokasi lain yang dianggap aman dikarenakan jalanan yang padat,” ucapnya.
Dalam keterangannya kemarin, 4 Juni 2024, waktu Palestina, pada dasarnya di Jalur Gaza tidak ada jalan.
“Orang-orang ada dimana-mana dan di ruang mana pun yang kosong, Anda dapat menemukan tenda,” terangnya.
Hadeel Qazzaz menyampaikan dikarenakan penutupan penyeberangan perbatasan dan kurangnya pengiriman bantuan di Jalur Gaza, untuk membeli air minum pun menjadi sangat mahal.
Dia mengakui adiknya yang juga menderita tumor di tulang belakangnya sejak sebelum perang tidak mempunyai akses terhadap pengobatan atau layanan medis bahkan ketika dia digigit kalajengking.
“Ini adalah yang terjadi di Jalur Gaza yang harus dilalui sejak perang terjadi, bahwa mungkin dunia tidak cukup mendengar atau melihat,” ungkapnya.
Hingga kini, 36.550 warga Palestina telah tewas dan sekitar 82.959 mengalami luka-luka. (*/Mey)