Internasional, gemasulawesi – Menjadi salah satu agresi Israel yang terparah ke Palestina, saat ini gencatan senjata sedang diberlakukan di Palestina antara Hamas dengan Israel.
Gencatan senjata awal antara Hamas dengan Israel yang dimediasi oleh Qatar sebagai mediator utama dimulai selama 4 hari lamanya dari tanggal 24 November 2023 hingga tanggal 27 November 2023.
Selanjutnya, Qatar mengumumkan Hamas dan Israel sepakat menambah gencatan senjatanya menjadi 2 hari yang akan berakhir di tanggal 29 November 2023.
Baca: Penjajah Israel Disebut Gunakan AI untuk Targetkan Lokasi, Ini Bahaya Penggunaannya dalam Perang
Gencatan senjata ini disetujui oleh kedua belah pihak setelah sebelumnya melewati berminggu-minggu negosiasi yang dimediasi beberapa negara, mulai dari Qatar hingga Mesir.
Dalam poin-poin perjanjian kesepakatan gencatan senjata awal, Israel akan membebaskan 150 tahanan Palestina jika Hamas juga bersedia melepaskan 50 sandera.
Selain itu, baik Hamas maupun Israel setuju untuk mengizinkan truk-truk bantuan kemanusiaan masuk dari berbagai negara serta pihak yang mengangkut air, makanan hingga gas ke Gaza.
Baca: Syahid, Ini Nama Beberapa Komandan Hamas yang Meninggal Akibat Dibunuh oleh Penjajah Israel
Kesepakatan yang lainnya adalah tidak saling menyerang dan penghentian aktivitas udara dan darat.
Israel dan Hamas kembali melakukan negosiasi untuk perpanjangan gencatan senjata yang kembali dimediasi oleh Qatar.
Sejak gencatan senjata diumumkan, banyak negara yang mengucapkan terima kasihnya kepada Qatar karena sukses membuat kedua belah pihak sepakat.
Ucapan terima kasih yang kedua kembali ditujukan untuk Qatar setelah gencatan senjata berhasil diperpanjang.
Mengingat Qatar berhasil melunakkan hati Israel yang awalnya tidak menginginkan gencatan senjata, hal ini juga menjadi sorotan karena Qatar tidak memiliki hubungan diplomatik seperti halnya Indonesia dengan Israel.
Qatar mampu menjadi mediator karena menjadi rumah untuk pangkalan militer AS yang paling besar di Timur Tengah.
Pangkalan militer AS itu dinamakan pangkalan militer Al-Udeid.
Selain itu, Qatar juga dapat menjadi mediator Israel dan Hamas karena menjalin hubungan baik dengan Amerika Serikat.
Qatar juga menjadi markas untuk para pemimpin Hamas, yang dikatakan merupakan ujung tombak perlawanan masyarakat Palestina.
Salah satu pejabat Qatar menerangkan jika AS telah meminta Qatar untuk tidak membangun jalur komunikasi tidak langsung dengan Hamas karena status Hamas yang dicap Amerika sebagai organisasi teroris. (*/Mey)