Bandung, gemasulawesi - Situasi miris menimpa puluhan siswa SDN 1 Babakan Talang, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB), yang terpaksa menggelar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di lapangan sepak bola.
Keputusan ini diambil karena sekolah dan ruang kelas SDN 1 Babakan Talang rusak parah akibat bencana pergerakan tanah pada awal Februari 2024 lalu.
Ambruknya seluruh bangunan sekolah menyebabkan ruang kelas di SDN 1 Babakan Talang tidak lagi dapat digunakan.
Hal ini pun mengakibatkan 90 siswa SDN 1 Babakan Talang menempati 5 ruang kelas kosong di MTS Al-Ikhlas sebagai solusi sementara.
Namun, janji pemerintah untuk merelokasi bangunan sekolah dan pemukiman warga dalam waktu dua bulan setelah bencana tidak terwujud hingga enam bulan berlalu.
Dampaknya, siswa-siswa ini terpaksa melaksanakan KBM di lapangan sepak bola karena jarak ke MTS Al-Ikhlas yang jauh menambah beban biaya transportasi bagi orang tua mereka yang sudah terdampak bencana.
Sekolah juga menghadapi kendala finansial karena harus menyewa bangunan sekolah swasta tersebut dengan biaya sebesar Rp2 juta.
Masalah semakin rumit dengan birokrasi dan persyaratan administratif yang memperlambat proses relokasi.
Meskipun aparat desa telah berupaya maksimal untuk merelokasi rumah dan fasilitas umum bagi warga terdampak, proses ini masih terhambat.
Pembangunan kembali rumah dan fasilitas sosial seharusnya ditanggung oleh pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Namun, keterlambatan dalam proses administratif menghambat realisasi dari rencana tersebut.
Kompleksitas penanganan bencana alam dan dampak sosialnya terbukti menjadi tantangan yang besar, terutama dalam koordinasi antara pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan lembaga terkait.
Situasi ini memperlihatkan urgensi dalam menangani relokasi infrastruktur pendidikan dan rehabilitasi masyarakat pasca-bencana.
Dukungan dan koordinasi yang lebih baik antara semua pihak terkait diperlukan untuk memastikan bahwa solusi yang tepat dapat segera diterapkan demi kesejahteraan pendidikan dan kehidupan masyarakat yang terdampak.
Kondisi siswa-siswa SDN 1 Babakan Talang yang terpaksa belajar di lapangan sepak bola menjadi pengingat akan pentingnya respons cepat dan efektif dari pemerintah dalam menghadapi bencana alam, serta perlunya upaya bersama untuk menjaga kestabilan pendidikan anak-anak Indonesia di tengah tantangan yang tidak terduga seperti ini.
Di media sosial, hal ini pun menuai beragam komentar yang mengecam tanggapan pemerintah yang dinilai lambat dalam mengatasi masalah tersebut.
"Sebenernya indonesia negara yang sangat kaya, tapi dirusak oleh pemerintahnya sendiri," komentar akun @syu***. (*/Shofia)