Kupas Tuntas, gemasulawesi - Masjid Raya Al-Mashun yang bermakna 'dipelihara', terus menjaga pesonanya seiring berjalannya waktu.
Sebagai peninggalan megah Kesultanan Melayu Deli di Sumatra Utara, masjid ini masih terawat baik hingga kini.
Berdiri kokoh di kawasan Medan, masjid ini memiliki sejarah yang kaya.
Pembangunan Masjid Raya Al-Mashun dilakukan oleh Sultan Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX pada masa kejayaan Kesultanan Melayu Deli.
Dengan biaya yang mencapai satu juta gulden Belanda, masjid ini menjadi kebanggaan dan lambang kemegahan umat Islam di Medan.
Ditugaskan kepada arsitek Belanda, J.A. Tingdeman, pembangunan masjid ini menonjolkan keindahan arsitektur dan dekorasi yang memukau.
Beralih ke interior masjid, kita akan disuguhkan keindahan lantai marmer Italia serta lampu kristal gantung yang mewah, langsung didatangkan dari Prancis.
Masjid ini menjadi saksi bisu kemegahan masa lalu Kesultanan Melayu Deli.
Sekarang, kepemimpinan dari Masjid Raya Al-Mashun yang megah ini dipegang oleh Tengku Hamdi Osman Deli Khan atau beliau lebih dikenal sebagai Raja Muda.
Tengku Hamdi Osman Deli Khan adalah adik kandung dari Sultan Azmi Perkasa Alamsyah XII, penguasa Istana Maimoon saat ini.
Pentingnya peran masjid ini dalam sejarah dan budaya masyarakat Medan tidak bisa dipandang sebelah mata.
Bahkan, sekarang, keberadaannya sepenuhnya ditanggung oleh H. Bachtiar Djafar, Walikota Kodya Medan, yang juga merupakan putra daerah Deli.
Sebagai titik sentral kegiatan keagamaan dan budaya, Masjid Raya Al-Mashun terus menjadi tempat bersejarah dan sarana untuk memelihara tradisi masyarakat.
Masjid Raya Al-Mashun mengingatkan kita akan gemerlap masa lalu serta keindahan seni arsitektur dan dekorasi masa lampau.
Dengan pesonanya yang masih bersinar hingga kini, masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga sebuah penanda sejarah yang hidup, yang menghubungkan masa lalu dan masa kini dengan indahnya. (*/CAM)