Internasional, gemasulawesi – Ahed Emtair adalah seorang wanita muda dan juga ibu dari seorang bayi perempuan yang masih berusia 6 bulan, yang harus meregang nyawa di tangan penjajah Israel.
Diketahui jika saat membunuh Ahed Emtair, pasukan penjajah Israel sedang melakukan serangan mereka di kota Dura yang berada di dekat Hebron, Tepi Barat.
Saat kejadian itu terjadi, Ahed Emtair dilaporkan sedang berada di dalam saudara iparnya sambil memperhatikan kedatangan suaminya dari balik jendela.
Suaminya, Bahaa Masalmeh, mengakui jika awalnya dia berencana menyiapkan kejutan ulang tahun untuk istrinya yang nantinya akan berusia 21 tahun.
Namun, kini semua itu tinggal rencana.
Laporan menyebutkan jika pasangan itu baru saja menikah selama 15 bulan, namun, saat ditemui awak media, Bahaa Masalmeh mengatakan jika istrinya telah memberinya hari-hari terbaik dalam hidupnya.
Baca Juga:
Tidak Mampu Membelinya, Rakyat Palestina Kini Memilih Memperbaiki Sandal Mereka ke Tukang Sepatu
“Istri saya adalah lambang dari segala hal yang baik dalam hidup,” katanya.
Bahaa menerangkan jika kini dia harus membesarkan putri mereka, Ayloul, tanpa ibunya.
Bahaa memaparkan saat hari naas tersebut, dia mengantarkan Ahed ke rumah saudaranya, Shadi, di pagi itu untuk tujuan mempersiapkan pernikahan Shadi.
Baca Juga:
Bentrokan Tepi Barat, Pasukan Penjajah Israel Melakukan Serangan di Jenin, Nablus dan Hebron
“Kata-kata terakhirnya untuk saya adalah ‘bukankah saya terlihat secantik bulan purnama’,” ujarnya.
Setelah beberapa jam pergi, Bahaa kemudian kembali dengan membawa makanan untuk semua orang.
“Istri saya mengintip dari balik jendela lantai 2 sambil memberikan isyarat dengan cara yang lucu untuk saya segera masuk karena dia lapar,” ucapnya.
Namun, dalam beberapa detik penentuan itu, Bahaa menyampaikan dia mendengar beberapa pemuda yang memanggilnya dan memperingatkan jika tentara penjajah Israel telah memasuki daerah tersebut.
Selain itu, para tentara penjajah Israel itu juga mendekati rumah Shadi.
“Yang hanya bisa saya dengar hanya suara tembakan dan bom,” terangnya.
Bahaa membeberkan jika kemudian dia melihat istrinya tergeletak di lantai dengan genangan darah miliknya sendiri karena ditembak mati oleh tentara penjajah Israel.
“Kami berusaha mencari bantuan, namun, itu tidak dapat dilakukan dengan tentara penjajah Israel yang ditempatkan di luar pintu rumah dan itu menyebabkan istri saya mati karena kehabisan darah,” tuturnya. (*/Mey)