Internasional, gemasulawesi – Terkait keputusan sejumlah negara Barat untuk menangguhkan atau menghentikan sementara pendanaan mereka untuk UNRWA, kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, mengungkapkan jika itu merupakan hukuman kolektif Barat terhadap rakyat Palestina.
Ketua UNRWA, Philippe Lazzarini, menyebutkan jika dia terkejut dengan keputusan penangguhan tersebut saat bencana kelaparan sedang melanda di Jalur Gaza karena perang.
Selain ketua UNRWA, Sekjen PBB, Antonio Guterres, juga mendesak negara-negara Barat tersebut untuk mempertahankan kontinuitas mereka dalam hal pendanaan untuk UNRWA.
UNRWA merupakan badan atau organisasi utama yang memiliki tugas untuk membantu penduduk Jalur Gaza di tengah-tengah bencana kemanusiaan yang terjadi akibat perang.
Diketahui jika UNRWA memiliki 13.000 karyawan di Jalur Gaza.
Menurut laporan, lebih dari 2 juta pengungsi Palestina di Jalur Gaza menggantungkan hidupnya kepada UNRWA untuk kelangsungan hidup mereka.
“Itu termasuk dengan makanan dan juga tempat tinggal dan bantuan ini dapat runtuh kapan saja,” katanya.
Sekjen PBB yang berada dalam posisi yang sama dengan ketua UNRWA meminta negara-negara Barat untuk terus memberikan dukungannya karena kebutuhan mendesak dari masyarakat Palestina harus dipenuhi.
“Sedangkan untuk para pegawai PBB yang terlibat dalam Operasi Banjir Al-Aqsa akan dimintai pertanggungjawabannya,” tegasnya.
Baca Juga:
Penindasan Meningkat dari Pemukim Penjajah Israel, Penggembala Palestina Sebut Mereka Ingin Hidup
Dia menambahkan jika puluhan ribu yang bekerja untuk UNRWA dan banyak di antara mereka yang berada dalam situasi yang paling berbahaya untuk pekerja kemanusiaan seperti mereka, tidak boleh dihukum.
Sebelumnya, diketahui jika penjajah Israel menuduh beberapa staf UNRWA memiliki keterlibatan dalam Operasi Banjir Al-Aqsa.
Menanggapi hal ini, beberapa negara Barat, seperti Amerika Serikat dan Australia, memutuskan untuk tidak memberikan pendanaan sementara kepada UNRWA.
Laporan menyebutkan 9 orang dari 12 orang pegawai UNRWA yang dituduh terlibat telah diberhentikan.
“1 orang dipastikan meninggal dan 2 orang yang lainnya sedang kami klarifikasi identitasnya,” jelas Guterres.
Penjajah Israel dilaporkan terus menyerang UNRWA dan menyerukan agar Ketua UNRWA mengundurkan diri terkait apa yang mereka sebut insiden tersebut. (*/Mey)