Internasional, gemasulawesi – Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, Ashraf Al-Qudra, mengungkapkan jika pihaknya telah mencatat ratusan kasus keguguran yang dialami kaum perempuan di Gaza.
Selain itu, Kementerian Kesehatan Palestina juga menyatakan banyak kasus kelahiran prematur yang melanda bayi-bayi yang dilahirkan selama masa perang.
Hal itu, menurut Kementerian Kesehatan Palestina, adalah dikarenakan kaum perempuan Gaza mengalami stres, kepanikan dan juga harus melakukan pengungsian paksa akibat agresi yang tidak kunjung berhenti sejak awal Oktober lalu.
Ashraf Al-Qudra mengungkapkan jika kurangnya layanan kesehatan di kamp-kamp pengungsian yang ada di Jalur Gaza dan kesulitan dari para pengungsi untuk mencapai rumah sakit menyebabkan sekitar 60 ribu wanita hamil harus menghadapi berbagai resiko kehamilan dan juga komplikasi.
Hal tersebut dikatakan Al-Qudra kepada sejumlah wartawan di depan RS Bersalin Tal Al-Sultan yang berada di Rafah.
“Selama 24 jam terakhir, tentara penjajah Israel telah membantai lebih dari 15 keluarga yang berada di Jalur Gaza,” katanya.
Dia menambahkan itu telah menyebabkan 172 orang meninggal dan membuat 326 warga Palestina lainnya terluka.
“Banyak orang yang saya yakini masih terjebak di reruntuhan, sementara ambulans dan juga para kru pertahanan sipil tidak dapat menjangkau mereka,” ujarnya.
Menurut Ashraf Al-Qudra, Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza juga mencatat terjadi lebih dari 8.000 kasus infeksi Hepatitis A.
Baca Juga:
Terkait Konflik Gaza, Mesir Disebutkan Tampaknya Berusaha untuk Tetap di Tengah
“Banyaknya kasus hepatitis A yang terjadi dikarenakan kepadatan penduduk dan juga rendahnya tingkat kebersihan pribadi di tempat-tempat pengungsian yang menjadi tempat tinggal sementara untuk rakyat Palestina,” jelasnya.
Ashraf Al-Qudra juga mengungkapkan permintaannya kepada dunia internasional untuk membangun mekanisme yang baru yang akan efektif menjamin adanya aliran bantuan medis yang diperlukan para pengungsi.
Dia juga meminta Mesir dan negara-negara Arab, serta masyarakat internasional untuk membuat lebih dari 6.500 orang yang terluka keluar dari Jalur Gaza untuk mendapatkan perawatan.
“Mereka juga dapat mendapatkan perawatan yang layak yang seharusnya mereka dapatkan,” tegasnya. (*/Mey)