Nasional, gemasulawesi - Kementerian Sosial RI menyelenggarakan acara penandatanganan perjanjian terkait pemanfaatan Barang Milik Daerah (BMD) dan aset milik perguruan tinggi di Gedung Graha Aneka Bhakti.
Kegiatan tersebut melibatkan partisipasi dari 41 instansi pemerintah daerah yang memberikan dukungan terhadap pelaksanaan program Sekolah Rakyat di wilayah masing-masing.
Selain itu, dua universitas juga turut menandatangani kesepakatan sebagai bentuk komitmen dalam mendukung penyelenggaraan Sekolah Rakyat di lingkungan kampus atau daerah yang mereka bina.
Perjanjian ini ditandatangani sebagai bentuk dukungan terhadap pembentukan Sekolah Rakyat rintisan yang berlokasi di luar area milik Kementerian Sosial.
Baca Juga:
Kemenkes Gandeng ITB dan IT Del Kembangkan Teknologi Kesehatan Berbasis AI dan Bioteknologi
Upaya ini merupakan strategi penting untuk memperluas cakupan program ke lebih banyak wilayah di Indonesia.
Tidak hanya itu, langkah ini juga bertujuan memastikan tersedianya fasilitas fisik yang layak untuk mendukung proses belajar-mengajar di berbagai daerah.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf, yang akrab disapa Gus Ipul, menyampaikan bahwa penandatanganan ini menjadi momen krusial dalam perjalanan penyelenggaraan Sekolah Rakyat.
Ia menekankan bahwa langkah ini merupakan wujud nyata kehadiran negara dalam memberikan perhatian khusus kepada kelompok masyarakat yang berada dalam kondisi paling rentan.
Baca Juga:
Indonesia-Brasil Perkuat Kerja Sama Bioenergi untuk Hadapi Tantangan Transisi Energi
"Kesepakatan yang kita tandatangani hari ini adalah fondasi utama bagi Sekolah Rakyat, yang merupakan gagasan dari Presiden Prabowo. Tanpa lahan dan bangunan, rumah belajar tidak mungkin ada. Dan tanpa rumah belajar, harapan anak-anak kita akan tetap menjadi mimpi yang jauh dari kenyataan," ujar Gus Ipul.
Sekolah Rakyat merupakan program strategis berskala nasional yang berasal langsung dari gagasan Presiden Republik Indonesia.
Program ini dirancang untuk memutus mata rantai kemiskinan yang terus berulang dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sekolah Rakyat juga bertujuan memperluas kesempatan masyarakat dalam mengakses pendidikan yang layak.
Baca Juga:
Gus Ipul: Akurasi DTSEN Kunci Penyaluran Bantuan Sosial yang Tepat Sasaran
Pelaksanaan program ini dikoordinasikan oleh Kementerian Sosial dan melibatkan kerja sama lintas kementerian dan lembaga, sesuai amanat Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2024.
Gus Ipul menerangkan bahwa Sekolah Rakyat ditujukan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga miskin maupun miskin ekstrem khususnya mereka yang belum pernah mengenyam pendidikan, tidak lagi sekolah, atau berada dalam risiko putus sekolah.
Mengacu pada data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS edisi Maret 2024, tercatat ada 4.160.429 anak usia sekolah, atau sekitar 7,63%, yang tidak pernah sekolah ataupun tidak lagi melanjutkan pendidikan.
Angka tersebut mencerminkan tantangan besar dalam pemerataan akses pendidikan bagi kelompok rentan di Indonesia.
Baca Juga:
Kemensos Gandeng PPATK Pastikan Bansos Tepat Sasaran dan Efektif
Di sisi lain, data juga menunjukkan bahwa 74,51% kepala rumah tangga yang masuk kategori miskin ekstrem hanya menempuh pendidikan setingkat SD atau lebih rendah, memperlihatkan betapa kuatnya hubungan antara rendahnya pendidikan orang tua dan keberlanjutan kemiskinan.
Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, Prof. Dr. (H.C.) Mohammad Nuh, menegaskan bahwa Sekolah Rakyat bukan hanya program di bidang pendidikan, melainkan sebuah gerakan sosial yang bertujuan mewujudkan janji kemerdekaan secara nyata.
"Inti dari gerakan ini adalah memuliakan dan membahagiakan orang-orang yang selama ini terabaikan, karena kita punya utang kepada mereka. Negara punya utang karena janji kemerdekaan adalah untuk kesejahteraan mereka, tapi sampai hari ini mereka belum juga sejahtera, bahkan secara turun-temurun," ujar Prof. Nuh.
"Keberadaan Sekolah Rakyat ini merupakan wujud kebahagiaan dalam upaya menunaikan janji kita melalui jalur pendidikan. Sebab, pendidikan adalah bentuk rekayasa sosial yang paling efektif, sudah terbukti keberhasilannya, dan memiliki nilai luhur dalam memutus rantai kemiskinan," tambah Prof. Nuh.
Ia juga menegaskan bahwa Sekolah Rakyat hadir untuk menjangkau mereka yang selama ini terpinggirkan, sekaligus membuka kemungkinan bagi hal-hal yang sebelumnya dianggap mustahil.
Setiap peserta didik di Sekolah Rakyat akan mendapatkan berbagai fasilitas pendukung, di antaranya pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh, pemetaan bakat dan potensi diri menggunakan teknologi berbasis kecerdasan buatan, serta evaluasi akademik dan psikososial.
Para siswa juga akan tinggal di asrama dengan jaminan makan tiga kali sehari, menerima seragam dan perlengkapan sekolah, didampingi dalam proses belajar digital, dan seluruh biaya pendidikan ditanggung penuh sebesar Rp48,25 juta per anak per tahun pada tahun pertama.
Prof. Nuh menyebutkan bahwa program ini terwujud berkat kolaborasi banyak pihak, salah satunya dengan Sekolah Al-Hikmah Surabaya yang telah memberikan modul pembelajarannya secara cuma-cuma.
“Modul yang mereka berikan sangat berkualitas, menggunakan pendekatan tematik dan metode pembelajaran interaktif, semuanya diberikan tanpa biaya demi keberlangsungan Sekolah Rakyat,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya pemetaan potensi anak secara individual, yang kini dimungkinkan berkat dukungan sistem talent mapping berbasis AI.
“Setiap anak itu punya kejeniusan masing-masing. Tidak ada satu pun makhluk ciptaan Tuhan yang bodoh. Kita hanya perlu menemukan letak kekuatan mereka, dan dari situ pendekatan belajar maupun kegiatan ekstrakurikuler bisa dirancang secara tepat. Ini yang disebut personalized learning, dan belum banyak sekolah menerapkannya,” jelas Prof. Nuh.
Konsep pembelajaran di Sekolah Rakyat menggunakan model delta, yaitu memetakan kondisi awal peserta didik secara menyeluruh, lalu memantau perkembangan mereka setiap semester.
“Kita petakan kondisi fisik, psikososial, dan akademik anak-anak. Semua data ini berguna untuk memastikan bahwa mereka benar-benar bertumbuh. Selain itu, nilai solidaritas antar siswa juga dibangun karena mereka semua memulai dari titik yang sama titik yang penuh tantangan,” terangnya.
Di akhir penjelasannya, Prof. Nuh menyatakan keyakinannya bahwa Sekolah Rakyat bukan hanya akan membuka jalan bagi anak-anak dari keluarga miskin untuk bangkit, tetapi juga menjadi langkah awal kebangkitan bangsa.
“Target kita adalah menyiapkan Generasi Emas 2045. Tapi syarat utamanya, kita harus mulai bangkit tahun depan. Dan Sekolah Rakyat adalah kendaraan yang membawa kita menuju kebangkitan Indonesia,” tutupnya. (*/Zara)