Nasional, gemasulawesi - Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, memberikan penjelasan resmi menanggapi kekhawatiran publik terkait kemungkinan terganggunya pasokan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia akibat ancaman penutupan Selat Hormuz.
Isu ini mencuat setelah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, yang memicu Iran mengajukan wacana penutupan jalur pelayaran penting tersebut.
Diketahui bahwa Selat Hormuz merupakan salah satu jalur utama distribusi minyak mentah dunia. Sekitar 20 persen pelayaran global untuk komoditas ini melintas melalui selat tersebut.
Maka dari itu, keputusan parlemen Iran yang pada Minggu, 22 Juni 2025 menyetujui usulan penutupan Selat Hormuz untuk seluruh kegiatan pelayaran, langsung menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap pasokan energi, termasuk di Indonesia.
Menanggapi hal ini, Pertamina Patra Niaga memastikan bahwa hingga saat ini pasokan BBM nasional masih dalam kondisi aman. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, dalam keterangan resminya pada Senin, 23 Juni 2025.
"Saat ini aman (stok BBM)," ujarnya singkat, memberikan kepastian bahwa distribusi dan ketersediaan BBM dalam negeri tidak terpengaruh secara langsung oleh situasi geopolitik tersebut.
Selain BBM, cadangan minyak mentah di dalam negeri juga disebut berada dalam kondisi stabil. Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, turut menegaskan bahwa perseroan telah melakukan antisipasi terhadap potensi gangguan rantai pasok global.
Menurutnya, Pertamina telah menyusun strategi dengan menyiapkan rute alternatif distribusi minyak mentah, seperti dari Oman dan India, apabila sewaktu-waktu Selat Hormuz benar-benar ditutup oleh otoritas Iran.
Pernyataan dari kedua pejabat Pertamina tersebut menjadi jaminan bagi masyarakat dan pelaku industri bahwa perusahaan energi nasional ini memiliki skenario tanggap darurat untuk memastikan ketahanan energi nasional tetap terjaga.
Situasi geopolitik yang dinamis memang tidak dapat diprediksi, namun kesiapan dan respons cepat menjadi kunci untuk meminimalkan dampaknya terhadap kebutuhan energi dalam negeri.
Meski begitu, perkembangan situasi internasional, khususnya konflik antara Iran dan Israel tetap menjadi perhatian serius bagi sektor energi nasional. (Antara)