Nasional, gemasulawesi - Insiden cekcok antara seorang taruna Akademi Kepolisian (Akpol) berinisial BT.BVA dengan perwira pengasuhnya baru-baru ini menarik perhatian publik.
Insiden ini terekam dalam video yang memperlihatkan BT.BVA berusaha merebut kembali laptopnya dari perwira yang memeriksanya.
Kejadian ini berawal saat BT.BVA terlambat kembali dari izin berobat, dan laptop yang tidak seharusnya dibawa ditemukan dalam tasnya.
Peristiwa ini terjadi ketika BT.BVA kembali terlambat dari izin berobat dan ditemukan membawa laptop yang tidak sesuai dengan aturan.
Laptop tersebut ditemukan saat pemeriksaan tas, yang memicu ketegangan antara BT.BVA dan perwira pengasuh.
Diduga, laptop ini digunakan untuk berkomunikasi dengan seorang taruni, pelanggaran serius di lingkungan Akpol.
Dalam video yang beredar, tampak BT.BVA marah besar dan terlibat cekcok fisik serta verbal dengan perwira yang menyita laptopnya.
Kejadian ini memperlihatkan ketegangan yang tinggi dan menimbulkan reaksi dari publik.
Video cekcok ini viral di media sosial, memicu beragam komentar dari netizen.
Beberapa menilai tindakan BT.BVA tidak pantas, sementara yang lain mempertanyakan prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
Insiden ini menimbulkan perdebatan tentang bagaimana peraturan di Akpol diterapkan dan hak-hak taruna selama proses pemeriksaan.
Kini Akpol akan melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai kejadian ini untuk memastikan apakah prosedur yang berlaku telah diikuti dengan benar.
Evaluasi internal akan dilakukan untuk memperbaiki mekanisme pemeriksaan dan menangani pelanggaran peraturan dengan cara yang lebih efektif.
Insiden ini juga diharapkan menjadi pembelajaran untuk meningkatkan komunikasi dan pengertian di antara semua pihak dalam institusi kepolisian.
Setelah video ini viral, banyak warganet yang memberikan komentar.
Ada yang mengkritik tindakan BT.BVA yang dianggap terlalu emosional padahal sudah jelas melanggar aturan.
Baca Juga:
Desa Marannu Resmi Didaulat Sebagai Salah Satu Desa Cinta Statistik di Kabupaten Pinrang
"Dia udah langgar batas ijin, trus membawa elektronik yang dilarang karna dia masih masa pendidikan!! Dan dia berkomunikasi sama taruni!! Ya sebelas dua belas kayak mondok! Paham ga si?? Klo tau itu privasi kenapa berani bawa ke tempat yangjelas dilarang?? Ga sanggup ikutin aturan mending stop pendidikannya," komentar akun @qki***.
Sementara ada juga yang merasa bahwa pemeriksaan terhadap laptop seharusnya dilakukan dengan lebih hati-hati.
"Itu kan hak dia mau ngasih liat isi laptop y ap gak itu hak dia jangan dipaksa, kalau dipaksa sudah melanggar hak asisi manusia kan dia polisi seharusnya sudah paham ngapain dipaksa, aneh," komentar akun @ste***.
Diskusi ini menyoroti pentingnya prosedur yang adil dan transparan di lingkungan akademi kepolisian. (*/Shofia)