Nasional, gemasulawesi - Menteri Perhubungan merencanakan perombakan kurikulum pendidikan di 33 sekolah kedinasan yang berada di bawah naungannya, sebagai respons terhadap kasus kematian siswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Putu Satria Ananta Rustika (19).
Staf Khusus Menteri Perhubungan Profesor Wihana Kirana Jaya mengungkapkan bahwa kurikulum baru tersebut akan memfokuskan siswa pada kegiatan kemanusiaan.
Dalam pernyataannya, Staf Khusus Menteri Perhubungan itu mengatakan bahwa kurikulum baru akan mencakup nilai-nilai yang lebih humanis, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik generasi milenial dan Z.
Hal ini dipandang sebagai evolusi dari pendidikan yang sebelumnya lebih menekankan pada aspek fisik, menjadi pendidikan yang lebih berfokus pada kompetensi, penyelesaian masalah, komunikasi, dan digitalisasi yang merupakan soft skill yang penting di era saat ini.
“Kebutuhan generasi milenial dan Z sekarang telah berubah dan pendidikan harus menyesuaikan dengan hal itu. Generasi mendatang diharapkan memiliki nilai-nilai seperti tolong-menolong, yang akan diintegrasikan ke dalam kurikulum, serta kemampuan softskill seperti penyelesaian masalah, komunikasi, dan keterampilan digital,” jelasnya.
Perombakan kurikulum ini sejalan dengan arahan Menteri Perhubungan Budi Karya, yang menyadari bahwa persaingan di dunia kerja tidak hanya bergantung pada fisik semata, melainkan juga pada kompetensi dan pengetahuan yang mendalam.
Kementerian akan melakukan evaluasi terhadap visi dan misi setiap sekolah kedinasan di bawahnya.
Termasuk STIP, untuk merancang program-program yang lebih baik, tidak lagi mengandalkan nilai-nilai kekerasan, melainkan mempromosikan nilai-nilai humanis dan keterampilan yang relevan.
Profesor Wihana juga menyoroti pentingnya digitalisasi dalam infrastruktur pendidikan, namun tetap menjaga keberlanjutan dari program-program ilmu pelayaran, seperti navigasi, manajemen, dan sebagainya.
Pihak Kementerian berharap bahwa dengan perombakan ini, sekolah-sekolah kedinasan di bawah naungan mereka akan menghasilkan generasi muda yang kompeten dan dapat mempersatukan Indonesia.
Langkah pertama perombakan ini adalah mengubah sistem rekrutmen peserta didik, diikuti dengan cara pengajaran yang lebih modern dan sesuai dengan kekinian.
Hal ini mencakup penggunaan bahasa yang lebih sesuai dengan generasi saat ini, sehingga mahasiswa dapat lebih mudah beradaptasi dan berkembang.
Lebih lanjut, peran dosen, pengelola, dan mahasiswa juga akan diperkuat untuk mencapai tingkat produktivitas dan humanisme yang lebih tinggi, yang akan tercermin dalam kurikulum yang direvisi.
Dengan demikian, diharapkan kasus seperti yang menimpa Putu Satria, siswa STIP yang tewas dibunuh seniornya dapat dihindari di masa mendatang, dan Indonesia dapat memiliki generasi penerus yang lebih siap menghadapi tantangan global dengan keunggulan kompetensi dan kepribadian yang solid. (*/Shofia)