Internasional, gemasulawesi – Tentara penjajah Israel menyampaikan bahwa 1 tentara lagi tewas dan 2 lainnya terluka dalam bentrokan dengan pejuang Palestina di Jalur Gaza bagian selatan.
Tentara yang terbunuh tersebut diidentifikasi sebagai Sersan Staf Noam Douek yang berusia 19 tahun dari Batalyon ke-9 Brigade Korps Lapis Baja ke-401.
Militer penjajah Israel tidak memberikan rincian mengenai prajurit yang terluka.
Kematian itu membuat jumlah tentara penjajah Israel yang meninggal sejak dimulainya operasi darat penjajah Israel di Jalur Gaza pada tanggal 27 Oktober 2023 lalu menjadi 327 tentara.
Dan total korban meninggal di pihak tentara sejak tanggal 7 Oktober 2023 melonjak menjadi 687.
Di sisi lain, dilaporkan jika keluarga tawanan Amerika-penjajah Israel yang ditahan di Jalur Gaza bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dan Benjamin Netanyahu, setelah keduanya bertemu secara tertutup.
Keluarga tawanan penjajah Israel telah mengeluarkan pernyataan setelah pertemuan mereka yang menyatakan bahwa mereka menerangkan kedua pemimpin bahwa kesepakatan harus dibuat untuk memulangkan semua korban penculikan dan mengakhiri penderitaan penduduk Jalur Gaza.
“Ketika para korban penculikan kembali, pembunuhan akan berhenti,” katanya.
Pernyataan itu menambahkan pada penutupan pertemuan, kelompok keluarga merasa ‘lebih optimis daripada yang pernah kami rasakan sejak perjanjian pembebasan sandera sebelumnya pada bulan November 2023’.
Sementara itu, Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, menyampaikan bahwa penjajah Israel harus terus melakukan kerja sama dengan bank-bank Palestina di tengah ancaman dari Menteri Keuangan sayap kanan penjajah Israel, Bezalel Smotrich, untuk memutus akses ke layanan keuangan penting di Tepi Barat.
Dalam pertemuan menteri keuangan G20 di Rio de Janeiro, Brazil, Yellen menyatakan dia gembira penjajah Israel mengizinkan bank-banknya untuk terus bekerja sama dengan bank-bank Palestina.
“Namun, saya tetap yakin bahwa perpanjangan keringanan selama 1 tahun untuk memfasilitasi kerja sama ini dibutuhkan,” ucapnya.
Smotrich pertama kali mengancam akan memblokir transaksi penting di Tepi Barat pada bulan Mei 2024 lalu, setelah beberapa negara Eropa mengatakan mereka akan mengakui negara Palestina. (*/Mey)