Internasional, gemasulawesi – Pasukan pendudukan penjajah Israel menyegel halaman Masjid Ibrahimi di Hebron, Tepi Barat, dalam upaya mengubah fiturnya.
Seorang pejabat Otoritas Wakaf Hebron, Ghassan Al-Rajabi, mengatakan dalam keterangannya pada tanggal 11 Juli 2024, waktu setempat, pihak berwenang penjajah Israel terus berupaya mengubah fitur-fitur masjid dan menjadikannya Yahudi.
Ghassan Al-Rajabi juga menyebut tindakan yang dilakukan penjajah Israel tersebut sebagai ‘serangan serius’ terhadap tempat ibadah umat Islam.
“Masjid tersebut adalah milik wakaf Islam murni dan otoritas penjajah Israel tidak mempunyai hak atasnya,” katanya.
Dia menuturkan penjajah Israel memanfaatkan keadaan perang di Jalur Gaza untuk melaksanakan agenda mereka dengan merebut tempat-tempat suci.
Diketahui setelah pembantaian 29 jemaah Palestina pada tahun 1994 di dalam masjid oleh pemukim ekstremis Yahudi, Baruch Goldstein, otoritas penjajah Israel membagi kompleks masjid antara jemaah Muslim dan Yahudi.
Tetapi, pasukan penjajah Israel secara teratur menutup masjid untuk jemaah Muslim agar para pemukim dapat merayakan hari raya.
Di sisi lain, militer penjajah Israel telah mengakui pihaknya tidak melindungi komunitas Kibbutz Be’eri selama Operasi Banjir Al-Aqsa yang terjadi di tanggal 7 Oktober 2023, dalam penyelidikan pertamanya terhadap kegagalan keamanannya sendiri pada hari serangan.
Pada hari Kamis, tanggal 11 Juli 2024, waktu setempat, militer mengatakan bahwa penyelidikan tersebut memeriksa rangkaian kejadian pada tanggal 7 Oktober 2023, pertempuran dan juga perilaku pasukan keamanan.
Sambil mengakui kegagalannya sendiri dalam melindungi warga sipil Kibbutz, militer penjajah Israel juga memuji keberanian penduduk Be’eri, termasuk tim tanggap cepatnya.
Menurut penyelidikan tersebut, militer penjajah Israel tidak mempunyai pasukan yang tidak memadai di daerah itu, tidak memberi tahu penduduk Be’eri dengan benar dan pertempurannya tidak terkoordinasi.
Be’eri adalah sebuah komunitas berpendudukan sekitar 1.000 orang.
Tetapi, penyelidikan tidak menemukan kesalahan dalam tembakan tank ke arah sebuah rumah tempat para pejuang menyandera sekitar 15 orang, sebuah insiden yang telah menuai kritik di penjajah Israel karena telah membahayakan masyarakat sipil.
“Setelah terdengar suara tembakan dari rumah tersebut dan para teroris mengumumkan niat mereka untuk bunuh diri dan para sandera, pasukan memutuskan untuk menyerbu rumah itu untuk menyelamatkan para sandera,” bunyi ringkasan militer itu. (*/Mey)