Internasional, gemasulawesi – Mantan Kepala Mossad, Tamir Pardo, mengakui dia terkejut dengan laporan jika mantan Kepala Mossad, Yossi Cohen, mengancam jaksa ICC untuk tidak menyelidiki dugaan kejahatan perang.
Tamir Fardo kemudian membandingkannya dengan tindakan kelompok mafia Italia.
Diketahui sebelumnya pekan ini dikabarkan jika mantan Kepala Mossad, Yossi Cohen, mengancam jaksa ICC, Fatou Bensouda, untuk mencegahnya melalukan penyelidikan dugaan kejahatan perang yang dilakukan oleh penjajah Israel.
Tamir Pardo, yang digantikan Yossi Cohen sebagai Kepala Mossad di tahun 2016, menyampaikan jika dia tidak percaya pegawai Mossad mana pun akan melakukan hal-hal seperti yang sebelumnya digambarkan.
Dia menegaskan jika hal tersebut adalah hal yang ekstrem yang tidak boleh dilakukan.
“Kedengarannya seperti pemerasan ala Cosa Nostra,” paparnya mengacu pada mafia Sisilia yang ditakuti.
Disebutkan jika kontak rahasia Cohen untuk menekan Bensouda terjadi pada tahun-tahun menjelang keputusannya untuk membuka penyelidikan resmi atas dugaan kejahatan perang dan juga kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi di wilayah pendudukan Palestina.
Di sisi lain, Universitas California Santa Cruz menyatakan sekitar 80 orang yang melakukan demonstrasi menentang perang yang berlangsung di Jalur Gaza ditangkap di kampus saat petugas polisi anti huru-hara membubarkan perkemahan dan juga barikade mereka.
Juru bicara Universitas California Santa Cruz, Scott Hernandez-Jason, menyatakan selama berminggu-minggu, peserta perkemahan berulang kali diberikan arahan yang jelas untuk menghentikan perkemahan.
“Juga untuk berhenti memblokir akses ke berbagai sumber daya kampus dan ke kampus itu sendiri,” ucapnya.
Para pekerja mahasiswa pasca sarjana di UC Santa Cruz diketahui melanjutkan pemogokan yang dimulai pada minggu lalu dikarenakan perlakuan universitas terhadap pengunjuk rasa anti perang.
Serikat pekerja menegaskan mereka akan memperluas protes pro Palestina tersebut ke 3 kampus lagi pada minggu depan.
Diketahui jika setidaknya 3.117 orang telah ditangkap di 63 perguruan tinggi dan universitas-universitas di AS dalam sekitar 84 insiden sejak tanggal 18 April 2024 lalu. (*/Mey)