Internasional, gemasulawesi – Marak Silmi merupakan seorang jurnalis lepas keturunan Palestina di Amerika Serikat.
Marak Silmi mengungkapkan bahwa dia dahulu berharap untuk menjadi koresponden untuk sebuah media di Amerika Serikat dan kemudian dikirim ke Timur Tengah untuk meliput keadaan disana.
Marak Silmi yang tumbuh di Dearborn, Michigan, yang merupakan kota dengan salah satu populasi Arab paling besar di Amerika Serikat mengatakan jika dia merasa terisolasi saat memutuskan untuk belajar tentang jurnalisme.
Baca Juga:
Sejumlah Negara Barat Menangguhkan Pendanaan, Apakah Penjajah Israel Ingin Menghancurkan UNRWA?
“Hal itu dikarenakan sebagian besar teman saya mengambil jurusan teknik dan juga kedokteran,” katanya.
Silmi menuturkan jika dia ingin menjadi jurnalis untuk melakukan koreksi terhadap narasinya.
“Saya ingin menyampaikan cerita secara akurat dan juga ingin meminta pertanggungjawaban dari orang-orang yang memiliki kuasa,” ujarnya.
Baca Juga:
Tuntut Pengunduran Diri Netanyahu, Pengunjuk Rasa Bentrok dengan Polisi di Penjajah Israel
Lebih lanjut, jurnalis AS-Palestina tersebut memaparkan jika hal yang membuatnya tertarik mendalami jurnalisme adalah karena jurnalisme dapat mengubah kebijakan.
“Selain itu, karena jurnalisme dapat mengungkapkan rahasia dan kebohongan pemerintah, juga jurnalisme juga dapat membuat orang yang dihukum secara tidak sah dibebaskan,” jelasnya.
Marak Silmi kemudian mendapatkan pekerjaan penuh waktu pertamanya di tahun 2021 di sebuah surat kabar lokal yang berada di Texas.
Dia mengakui dia merupakan satu-satunya Muslim dan juga menjadi satu-satunya warga Palestina yang bekerja disana.
Marak memaparkan jika suara-suara Palestina jarang dimuat di media cetak di Amerika Serikat.
“Selain itu, suara-suara pro-Palestina juga jarang disiarkan di Amerika Serikat mengingat bias media yang pro-penjajah Israel yang besar,” ungkapnya.
Silmi menuturkan jika beberapa penerbit takut akan ‘pukulan balik’ jika mereka memuat isu-isu tentang Palestina.
Dia kemudian menyatakan jika hanya seminggu setelah dia meninggalkan pekerjaan yang dia sukai, perang Palestina terjadi.
“Liputan di media AS tentang perang Palestina sesungguhnya keterlaluan,” ucapnya.
Marak Silmi menyampaikan jika dia melihat saluran televisi di AS dengan mudahnya melaporkan klaim yang dilontarkan pemerintah penjajah Israel tanpa melakukan verifikasi sebelumnya. (*/Mey)