Internasional, gemasulawesi – Sherine Tadros yang merupakan Wakil Direktur Advokasi dan Perwakilan PBB untuk Amnesty International baru-baru ini mengungkapkan jika anak-anak dengan debut putih di rambut dan juga darah di wajah akan terlihat beberapa kali di Jalur Gaza.
Sherine Tadros mengatakan selain itu, orang-orang juga akan mendengar suara sirine dan juga teriakan dari mereka yang sedang mencari orang-orang yang terkubur hidup-hidup di bawah reruntuhan bangunan.
Menurut Sherine Tadros, itu adalah gambaran dari setiap perang yang ada di Jalur Gaza.
“Setiap kali serangan terjadi, ribuan orang akan terbunuh dan terjadi kehancuran yang semakin meluas,” katanya.
Tadros menegaskan jika keadaan semakin memburuk karena banyak pemimpin politik yang ragu-ragu untuk mengungkapkan kejahatan penjajah Israel terhadap rakyat Palestina.
Dia menekankan jika kejahatan perang tidak spesifik pada konteksnya.
“Tidak ada kejahatan perang yang sah dan itu tidak pernah bisa dibenarkan,” tandasnya.
Sherine Tadros kemudian mengenang malam yang dia habiskan bersama keluarganya sebelum perang darat dimulai.
“Saya menonton pawai di televisi saat itu yang dalam skala kecil yang mendukung warga Palestina,” ujarnya.
Dia menerangkan jika gambar-gambar tersebut adalah bukti bahwa manusia tidak mati dalam kegelapan.
“Ada yang memperhatikan,” ucapnya.
Sherine Tadros memaparkan jika apa yang sekarang ini terjadi adalah standar ganda yang jelas dari dunia dalam menangani kasus kejahatan perang.
Baca Juga:
20 Tentara Penjajah Israel Tewas, Hamas Isyaratkan Bertanggung Jawab atas Serangan di Khan Younis
“Namun, pengepungan dan pendudukan ilegal terhadap rakyat Palestina selama beberapa dekade ini tetap tidak dapat diterima,” tegasnya.
Menurut Tadros, kesan yang diciptakan penjajah Israel selama bertahun-tahun ini adalah dengan menggambarkan warga Palestina sebagai militan yang tidak memiliki perasaan.
“Mereka juga menggambarkan diri mereka adalah korban,” ungkapnya.
Tadros membeberkan jika para pemimpin Barat beranggapan jika penjajah Israel memiliki hak untuk membela diri.
“Dan inilah yang menyebabkan Menlu AS, Antony Blinken, menyatakan jika dia ikut prihatin dengan terbunuhnya anak-anak Palestina, namun, hal itu juga tidak cukup untuk AS meminta penjajah Israel menghentikan agresi mereka,” pungkasnya.
Sherine Tadros menegaskan jika masih ada harapan.
Baca Juga:
Representasi Masyarakat, Ini Beberapa Simbol Palestina yang Tunjukkan Identitas dan Perlawanan
“Meski para politisi bungkam, namun, warga negara mereka tidak melakukan hal yang sama,” sebutnya. (*/Mey)