Cirebon, gemasulawesi - Karnaval Pondok Bambu di Desa Bunder, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengalami kejadian tragis.
Hal ini terjadi ketika sebuah ogoh-ogoh dalam Karnaval Pondok Bambu itu terbakar.
Insiden dimulai saat salah seorang yang berada di atas ogoh-ogoh dalam Karnaval Pondok Bambu menyalakan flare.
Sayangnya, percikan api dari flare tersebut tidak sepenuhnya padam, dan api dengan cepat menjalar ke bagian kepala ogoh-ogoh yang terbuat dari material mudah terbakar.
Dalam waktu singkat, bagian kepala patung besar ini hangus terbakar.
Ogoh-ogoh merupakan patung besar yang sering kali digunakan dalam perayaan tradisional untuk mewakili makhluk mitologis atau simbol-simbol lain yang memiliki makna dalam kebudayaan lokal.
Pembakaran ogoh-ogoh bukan hanya merusak secara fisik, tetapi juga merupakan kerugian budaya yang signifikan, mengingat patung ini sering kali dihasilkan dengan upaya keras dan dihiasi dengan indah oleh komunitas setempat.
Kebakaran ini memperoleh perhatian luas di media sosial, dengan video dan foto-foto ogoh-ogoh yang terbakar beredar secara viral.
Video detik-detik kebakaran ogoh-ogoh menjadi viral usai diunggah akun Instagram @bdg.info sebagaimana dikutip pada Rabu, 26 Juni 2024.
Berbagai reaksi dari netizen pun bermunculan. Tak sedikit yang menyayangkan insiden ini.
“Kejadian flare terulang lagi, udah tau Deket sesuatu yang mudah terbakar malah nyalain flare,” komentar akun @fl***.
Ada pula yang menjelaskan tradisi di Cirebon ini.
"Ini kalau di Cirebon namanya ngundang buyut, diadakan setiap setahun sekali jadi tiap desa itu kepercayaan mereka ada buyutnya semacam silumannya di desa itu," komentar akun @say***.
Sementara yang lain mengomentari kejadian ini dengan beragam pendapat dan perasaan, dari sedih hingga keheranan.
"Ngapain juga pakai bawa flare, apalagi itu melewati halang rintang kabel ya," komentar akun @ith***.
Peristiwa ini juga mengingatkan pentingnya keselamatan dalam penyelenggaraan acara budaya yang melibatkan penggunaan barang-barang piroteknik atau bahan yang mudah terbakar.
Koordinasi yang baik antara penyelenggara acara, pemerintah daerah, dan pihak keamanan sangatlah krusial untuk mencegah insiden serupa terjadi di masa mendatang.
Selain itu, edukasi tentang penggunaan flare dan bahan piroteknik lainnya perlu ditingkatkan, serta pemahaman yang lebih baik tentang risiko dan tindakan pencegahan dalam menghadapi kebakaran.
Hal ini diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kejadian yang merugikan baik dari segi keselamatan maupun kebudayaan. (*/Shofia)