Internasional, gemasulawesi – Seorang pejabat keamanan penjajah Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan jika penjajah Israel tidak akan lagi mengizinkan pengunjuk rasa untuk memblokir truk yang membawa bantuan kemanusiaan.
Hal ini disebutkan menyusul keputusan ICJ di hari Jumat lalu yang salah satu perintahnya adalah bahwa penjajah Israel harus mengizinkan bantuan kemanusiaan untuk masuk ke Jalur Gaza.
Sebelumnya, militer penjajah Israel telah mengizinkan keluarga para sandera yang masih ditahan oleh penjajah Israel untuk melakukan demonstrasi di dekat persimpangan penyeberangan Kerem Shalom.
Demonstrasi tersebut dilaporkan dilakukan selama beberapa hari terakhir ini, hingga akhirnya para pengunjuk rasa dilaporkan menghentikan truk bantuan untuk masuk ke Jalur Gaza.
Penghentian truk bantuan kemanusiaan tersebut dilakukan dari hari Rabu hingga hari Jumat lalu.
“Militer penjajah Israel juga akan lebih memperketat pengawasan mereka terhadap pembuatan film dan juga penerbitan video yang memuat kata-kata yang menghasut terhadap warga Palestina,” ujarnya.
Dia menambahkan jika pengawasan itu juga termasuk dengan seruan untuk membentuk pemukiman untuk warga penjajah Israel di Jalur Gaza.
Di hari Sabtu malam, laporan menyebutkan jika para keluarga tawanan yang masih berada di Jalur Gaza kembali mengadakan unjuk rasa yang digelar di luar Kementerian Pertahanan dan juga di kediaman PM penjajah Israel, Benjamin Netanyahu.
Laporan yang sama menyebutkan jika demonstrasi itu hanyalah sebuah pesan untuk tetap memberikan tekanan kepada pemerintah penjajah Israel yang dimaksudkan untuk mereka melakukan apa yang dapat mereka lakukan untuk membawa para sandera kembali.
Diketahui jika terdapat juga protes yang terpisah yang dilakukan sebelumnya dan beberapa aktivis ditangkap ketika polisi membubarkan demonstrasi tersebut dimana para demonstran juga sempat menyerukan gencatan senjata.
Di sisi lain, RS Nasser yang menjadi rumah sakit paling besar yang masih berfungsi di Jalur Gaza dilaporkan hampir ‘runtuh’.
Diyakini jika lebih dari 350 pasien dan juga ribuan pengungsi ikut mencari perlindungan di dalamnya. (*/Mey)