Hari Raya Nyepi: Masyarakat Bali Punya 5 Tradisi Unik Ini, Bisa Menarik Banyak Wisatawan

Ket. Foto: Tradisi Melasti (Foto/Twitter/@GlHindu)

Nasional, gemasulawesi – Beberapa hari lagi terkhususnya bagi umat Hindu akan segera melaksanakan Hari Raya Nyepi pada Rabu, 22 Maret 2023.

Jelang perayaan tersebut umat Hindu, akan melakukan beberapa kegiatan maupun tradisi.

Berbeda halnya ketika tepat pada saat Hari Raya Nyepi, yang umat Hindu tidak akan melakukan aktivitas apapun. Suasana umat Hindu akan terasa lebih hening dari biasanya.

Baca: 8 Tradisi Unik Perayaan Idul Adha di Indonesia Yuk Disimak!

Apalagi juga di daerah Bali yang rata-rata masyarakatnya juga menganut agama Hindu.

Mereka tidak seramai hari-hari normal dan bahkan juga masyarakatnya akan mematikan data seluler masing-masing.

Meski demikian ada beberapa rangkaian acara dan tradisi di Bali guna menyambut Hari Raya Nyepi, seperti halnya berikut ini.

Baca: Kuliner Tradisi Islam Menjelang Tahun Baru Umat Muslim

1. Melasti

Melasti merupakan salah satu tradisi yang biasanya diadakan  oleh umat Hindu pada 2 ataupun 3 hari sebelum Hari Raya Nyepi.

Dimana Melasti dari gabungan kata mala yang berarti kotor serta asti yakni dibersihkan, sehingga berarti membersihkan semua hal-hal keburukan.

Baca: Hari Raya Nyepi di Parigi Moutong Tahun Ini Tanpa Ogoh-ogoh

Untuk menjadi kebaikan, keheningan, serta keharmonisan dalam alam semesta ini.

Ketika tradisi Melasti berlangsung, biasanya umat Hindu akan menjalankan acara menuntun Ida Bhatara atau Tuhan.

Secara berbaris umat Hindu akan menuju ke samudera, pantai ataupun sumber-sumber mata air. Dimana bertujuan untuk membersikan segala kekotoran.

Baca: Ini Nih 6 Fakta Laki-laki ISTJ yang Mencintai Tradisi

Tradisi ini biasanya dimulai pada pagi ataupun malam hari.

2. Tawur Kesanga

Tawur Kesanga biasanya dilakukan tepat sehari menjelang Hari Raya Nyepi, ini juga bisa disebut upacara pengorbanan atau pecaruan.

Baca: Tradisi Pasang Lampu di Parimo, Penanda Ramadhan Berakhir

Bagi para wisatawan di Bali bisa menyaksikan tradisi ini di beberapa daerah. Yang bermula dari tingkatan provinsi seperti di Pura Besakih, kemudian berlanjut ke Kabupaten misalnya Catus Pata.

Lalu berlanjut lagi baik ke kecamatan, desa, dusun, maupun caru di masing-masing rumah pribadi.

Biasanya dalam Caru memakai aneka sesajen yang lengkap dengan disertai binatang, misalnya bebek, angsa, ayam, anjing, sapi dan seterusnya.

Tawur Kesanga ini bertujuan untuk menjauhkan alam maupun dunia ini dari bhuta kala serta malapetaka.

3. Pengerupukan

Tradisi selanjutnya adalah Pengerupukan, ini biasanya dengan arak-arakan atau pawai ogoh-ogoh yang mana turut membawa obor berkeliling desa maupun kota.

Tradisi ini juga bisa disaksikan oleh wisatawan yang berkunjung ke Pulau Dewata.

Ogoh-ogoh yang telah diarak secara meriah, diharuskan untuk dirusak maupun dibakar. Hal karena ogoh-ogoh merupakan simbol dari malapetaka dan bhatara kala.

Sehingga agar terhindar dari mala petaka itu, ogoh-ogoh patut dirusak setelah arak-arakan selesai.

4. Catur (empat) Brata (pantangan) Penyepian

Puncak dari Hari Raya Nyepi memiliki tardisi Catur Brata Penyepian. Dimana dimulai sejak jam 6 pagi dan berlangsung selama satu hari penuh, atau 24 jam di Hari Raya Nyepi.

Dalam tradisi ini mempunyai sejumlah 4 pokok larangan bagi umat Hindu. Dimana tujuannnya untuk menjernihkan pikiran dan mengheningkan diri setiap orang.

Larangan yang tidak boleh dilakukan diantaranya ialah amati geni, tidak boleh menghidupkan api.

Termasuk juga lampu, sehingga harus dalam suasana gelap ketika malam Nyepi berlangsung.

Selanjutnya amati karya, artinya dilarang melaksanakan aktivitas apapun. Pantangan juga untuk mengkonsumsi makanan maupun minuman.

Lalu amati lelungan, umat Hindu dilarang keluar atau meninggalkan rumahnya masing-masing.

Terakhir amati lelanguan, umat Hindu juga dilarang untuk bersenang-senang, misalnya tidak boleh menonton TV ataupun bermain game.

5. Tradisi Ngembak Geni (bebas menyalakan api) serta Omed-Omedan

Setelah menyelesaikan catur brata penyepian, umat Hindu akan melakukan Ngembak Geni, yang artinya secara bebas untuk menyalakan api maupun penerangan.

Pada tradisi ini juga biasanya umat Hindu kan menjalankan silaturrahmi dan saling meminta maaf satu sama lainnya, jika ada salah yang pernah dilakukan. Setelah proses merenung ketika puncak Hari Raya Nyepi.

Selanjutnya tradisi omed-omedan, ini biasanya digelar di daerah Sesetan, Denpasar.

Dimana setelah sembahyang bagi para anak muda yang belum menikah, akan dibagi menjadi dua kelompok yang mana mereka akan saling tarik menarik dan berpelukan satu sama lain dari dua kelompok itu.

Nah itulah beberapa rangkaian tradisi unik yang ada di Bali selama Hari Raya Nyepi.

Bagi para wisatawan ataupun yang berniat untuk liburan ke Bali, mungkin bisa menyaksikan secara langsung tradisi tersebut. (*/Anisa)

 

Editor: Muhammad Azmi Mursalim

Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News

 

Bagikan: