Nasional, gemasulawesi – Partai PDI-P dan Partai Gerindra adalah 2 partai besar yang terdapat di Indonesia yang masing-masing dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri dan juga Prabowo Subianto.
Saat ini di pemilu 2024 yang akan dilangsungkan di bulan Februari mendatang, PDI-P dan Gerindra kembali mengulang sejarah mereka di pilpres 2024 lalu.
Bahkan pemilu 2024 ini akan menjadi ajang rivalitas yang ketiga kalinya setelah PDI-P dan Gerindra bersaing di pilpres 2014 dan 2019.
Namun, banyak juga yang mengetahui jika PDI-P dan Gerindra juga memiliki sebuah hubungan yang boleh dikatakan love-hate relationship.
Diketahui di pilpres 2009, keduanya adalah 2 partai yang berkoalisi dan sama-sama menjadi oposisi di pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Di pilpres 2014, PDI-P dan Gerindra berpisah jalan dan mengusung capres serta cawapres yang berbeda saat itu.
Diketahui jika PDI-P mengusung Jokowi, sedangkan Gerindra mendukung Prabowo Subianto.
Perseteruan itu kemudian berlanjut hingga pilpres 2019 ketika kedua partai kembali mengusung calon yang sama.
PDI-P diketahui terlebih dahulu aktif di panggung politik Indonesia dengan mengikuti 1999 yang meraih suara terbanyak.
Saat pemilihan presiden di MPR, Megawati Soekarnoputri yang saat itu telah memimpin PDI-P kalah dan membuat Abdurahhman Wahid atau Gus Dur menjadi Presiden, sementara Megawati Soekarnoputri menjadi wakil presiden.
Di tahun 2001, Megawati berhasil menjadi presiden RI setelah Gus Dur dilengserkan.
Di pemilu 2009, Partai Gerindra dibentuk dan Prabowo Subianto bergabung.
Mengingat nama Prabowo Subianto telah lama dikenal publik, Gerindra berhasil mendapatkan 26 kursi di DPR saat itu yang diikuti dengan pembentukan poros antara PDI-P dan Gerindra untuk pilpres 2009.
Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto mendeklarasikan diri sebagai pasangan Mega-Pro dan mengikat diri dalam sebuah perjanjian yang dinamakan Perjanjian Batu Tulis di tanggal 16 Mei 2009.
Di tahun 2014, elektabilitas Jokowi yang naik menjadikannya sebagai capres dari PDI-P yang membuatnya juga sekaligus melanggar dan mengabaikan Perjanjian Batu Tulis yang dulu menyatakan PDI-P akan mendukung Prabowo Subianto di pilpres 2014 sebagai capres. (*/Mey)