Nasional, gemasulawesi - Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, mengungkapkan pandangannya mengenai peran penting manusia di tengah kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang semakin pesat.
Pernyataan ini ia sampaikan saat menghadiri acara yang digelar di Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, pada Selasa, 17 Juni 2025. Dalam kesempatan tersebut, Stella menekankan bahwa meskipun AI semakin pintar dan berkembang, manusia tetap memegang peran utama dalam proses pengambilan keputusan yang memerlukan pertimbangan matang.
Menurutnya, teknologi secanggih apapun tidak bisa menggantikan peran manusia dalam berpikir kritis dan membuat keputusan yang melibatkan aspek kompleks, etika, serta nilai-nilai kemanusiaan.
Oleh karena itu, ia menyampaikan bahwa keterampilan seperti berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah menjadi bekal utama yang harus dimiliki oleh mahasiswa saat ini.
Kedua kemampuan tersebut dinilai akan sangat berharga untuk bertahan dan unggul di dunia kerja yang kini banyak bersinggungan dengan teknologi canggih.
"Sekalipun teknologi semakin canggih dan AI semakin pintar, keputusan tetap harus dibuat manusia," ujar Stella Christie sebagaimana dikutip dari laman resmi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
Stella juga menguraikan bahwa berbagai studi yang dilakukan di sejumlah negara telah menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan besar dan para pemberi kerja global lebih mengutamakan kandidat yang memiliki tiga kemampuan utama.
Ketiga hal tersebut adalah kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan secara mandiri. Ini membuktikan bahwa kualitas kognitif manusia tetap tak tergantikan oleh sistem otomatis atau teknologi canggih seperti AI.
Lebih jauh, Wamen Stella menambahkan bahwa di samping pentingnya berpikir kritis, literasi digital juga merupakan keterampilan yang perlu dikuasai. Mahasiswa dituntut untuk tidak hanya mahir menggunakan teknologi, tetapi juga mampu menerapkannya dalam konteks kerja nyata.
Kendati demikian, ia kembali menegaskan bahwa AI masih memiliki keterbatasan, terutama dalam menangani situasi yang rumit dan memerlukan penilaian mendalam yang tidak selalu bisa diselesaikan dengan algoritma atau data semata.
Selain menekankan pentingnya penguasaan keterampilan kognitif, Stella Christie juga mendorong para mahasiswa untuk terus mengembangkan kemampuan belajar secara berkelanjutan.
Ia menyebut bahwa riset di bidang kognitif menunjukkan adanya korelasi positif antara kemampuan belajar sejak usia dini dengan keberhasilan seseorang di masa depan.
Anak-anak yang terbiasa mengasah kemampuan "belajar untuk belajar" sejak kecil dinilai memiliki potensi lebih besar untuk berhasil dalam berbagai tantangan kehidupan dan karier. (*/Risco)