Internasional, gemasulawesi – Menurut laporan, militer penjajah Israel telah mengebom sebuah rumah di Jabalia, yang berada di Jalur Gaza utara.
Pengeboman itu dikabarkan menewaskan sedikitnya 4 orang, termasuk 2 orang anak-anak Palestina.
Menurut laporan media setempat, serangan tersebut menargetkan rumah keluarga Abu Jasser di daerah al-Alami di kamp pengungsi Jabalia.
Serangan terbaru ini terjadi setelah 5 orang meninggal pada Jumat malam, tanggal 20 Juli 2024, waktu Palestina, dalam serangan terhadap sebuah rumah di Kota Gaza dan 4 orang tewas dalam serangan terhadap sebuah rumah di kamp pengungsi Nuseirat.
Di sisi lain, pemerintahan Buruh baru Inggris mengatakan pada hari Jumat, tanggal 20 Juli 2024, bahwa mereka akan melanjutkan pendanaan kepada UNRWA dan meminta penjajah Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan memasuki Jalur Gaza.
Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, menyampaikan kepada parlemen bahwa dia merasa yakin bahwa UNRWA telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa lembaga itu memenuhi standar netralitas paling tinggi dan pemerintah sekarang akan menyediakan dana baru sebesar 21 juta pound.
“Kekurangan gizi di Jalur Gaza begitu parah sehingga para ibu tidak dapat memproduksi ASI untuk anak-anak mereka dan tingkat diare mencapai 40 kali lipat dari tingkat normal serta polio telah terdeteksi,” ujarnya.
Lammy menyatakan bantuan kemanusiaan adalah kebutuhan moral dalam menghadapi bencana seperti itu.
“Dan lembaga-lembaga bantuanlah yang memastikan dukungan Inggris menjangkau warga sipil di lapangan,” pungkasnya.
Baca Juga:
Lakukan Beberapa Penggerebekan, Serangan Penjajah Israel Terus Berlanjut di Sejumlah Kota Tepi Barat
Dia mengatakan UNRWA benar-benar berperan penting dalam upaya ini.
“Tidak ada badan lain yang dapat menyalurkan bantuan dalam skala yang dibutuhkan,” ucapnya.
Sementara itu, Uni Emirat Arab atau UEA telah menyatakan kesiapannya untuk menyumbangkan pasukan untuk misi stabilisasi multinasional di Jalur Gaza, menandai negara pertama yang menyatakan niat tersebut.
Utusan Khusus UEA untuk Kementerian Luar Negeri, Lana Nusseibeh, menyatakan UEA dapat mengerahkan pasukannya jika Amerika Serikat memimpin misi tersebut dan mendukung langkah-langkah menuju pembentukan negara Palestina. (*/Mey)