Internasional, gemasulawesi – UNRWA atau Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina dikabarkan digugat oleh puluhan warga penjajah Israel.
Puluhan warga penjajah Israel tersebut menuduh UNRWA bersekongkol dan membantu Hamas dalam Operasi Banjir Al Aqsa.
Dalam pengaduan yang diajukan ke Pengadilan Distrik Amerika Serikat di Manhattan, para penggugat mengatakan UNRWA menghabiskan lebih dari 1 dekade membantu Hamas membangun apa yang mereka sebut ‘infrastruktur teror’ dan personel yang diperlukan untuk Operasi Banjir Al Aqsa.
Menurut laporan kemarin, tanggal 24 Juni 2024, para penggugat menuntut ganti rugi yang tidak ditentukan secara spesifik atas apa yang mereka dakwakan sebagai tindakan UNRWA yang ‘membantu dan bersekongkol dalam genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan dan penyiksaan yang dilakukan Hamas’.
“Itu melanggar hukum internasional dan UU Perlindungan Korban Penyiksaan federal Amerika Serikat,” ujar mereka.
Diketahui jika Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, dan beberapa pejabat serta mantan pejabat UNRWA juga menjadi terdakwa.
Para penggugat termasuk dengan 101 orang yang selamat atau mempunyai kerabat yang terbunuh.
Di sisi lain, Letnan Jenderal Herzi Halevi, yang merupakan Kepala Staf Umum tentara penjajah Israel, menyampaikan Brigade Hamas di Rafah hampir dibubarkan.
“Kami jelas mendekati titik dimana kami dapat mengatakan bahwa kami telah membubarkan brigade Rafah, bahwa mereka telah dikalahkan, dalam arti bahwa mereka tidak dapat lagi berfungsi sebagai unit tempur,” katanya.
Sementara itu, Maroko mengirimkan sekitar 40 ton bantuan medis kepada warga Palestina ke Jalur Gaza.
Kementerian Luar Negeri mengatakan bantuan itu mencakup peralatan bedah dan perlengkapan untuk mengobati luka bakar dan patah tulang, juga obat-obatan untuk anak-anak.
Diketahui jika bantuan tersebut diangkut melalui udara dan akan dimuat ke dalam truk milik Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina di perbatasan Karem Abu Salem.
Pihak berwenang Maroko menyampaikan mereka menggunakan hubungan mereka dengan penjajah Israel untuk mempromosikan perdamaian dan membela hak-hak warga Palestina.
Namun, terdapat banyak protes di kota-kota Maroko yang mengkritik hubungan tersebut sejak perang dimulai di Jalur Gaza. (*/Mey)
 
             
                                     
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                  
                                  
                                  
                                  
                                  
                     
                     
                     
                                         
                                