Hukum, gemasulawesi - Kabar miring mengguncang Polrestabes Medan dengan melibatkan 15 anggotanya dalam kasus perampokan dengan modus jual beli sepeda motor cash on delivery (COD).
Kejadian ini terkuak pada Oktober 2022 ketika tiga anggota polisi dari Polrestabes Medan yang telah ditangkap mengungkapkan praktik kejahatan dalam unit mereka.
Menurut Kepala Sub Bidang Humas Polda Sumut, AKBP Sonny W Siregar, para anggota polisi dari Polrestabes Medan ini terlibat dalam sejumlah kejahatan perampokan yang dilakukan dengan memanfaatkan kepercayaan masyarakat dalam transaksi jual beli sepeda motor.
Mereka menjalankan modus dengan mengatur pertemuan untuk penjualan sepeda motor melalui COD, namun setelah transaksi, para pelaku melancarkan aksinya dengan merampok pembeli.
Para pelaku yang telah ditangkap seperti Bripka Ari Galih Gumilang, Briptu Haris Kurnia Putra, dan Bripka Firman Bram Sidabutar, saat ini tengah menjalani proses hukum atas keterlibatan mereka dalam kejahatan ini.
Selain itu mereka juga telah dipecat secara tidak hormat dari kepolisian.
Daftar 15 anggota Polrestabes Medan yang menjadi buronan dalam kasus ini meliputi:
1. Bripka Sutrisno
2. Bripka Ari Galih
3. Aiptu Sutarso
4. Bripka Riswandi
5. Brigadir Afriyanto Maha
6. Brigadir Sapril
7. Brigadir Muhammad Ade Nugraha
8. Brigadir Jefri Suzaldi
9. Brigadir Eliot TM Silitonga
10. Brigadir Muladi
11. Brigadir Refandi
12. Briptu Haris Kurnia Putra
13. Bripda Erdi Kurniawan
14. Bripda Hasanuddin Sitohang
15. Brigadir Rudianto Ginting
AKBP Sonny menegaskan komitmen pihak kepolisian untuk membersihkan institusi dari oknum-oknum yang terlibat dalam kejahatan, demi menjaga integritas dan memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap aparat kepolisian.
Upaya penangkapan terhadap para buronan terus dilakukan guna membawa mereka untuk dipertanggungjawabkan atas tindakan kriminal yang mereka lakukan.
Hal ini pun menuai beragam komentar netizen. Tak sedikit dari mereka yang ikut kesal dengan aksi anggota polisi tersebut.
“Gilak, itu yang ketahuan aja masih DPO sebanyak itu, dan itu cuma khusus di satu kota. Yang di kota lain gimana itu ya? Serem amat,” tulis akun @hel***.
Sebagian lainnya menyoroti soal gaji yang dianggap terlalu sedikit.
“Gimana dong, jadi polisi biayanya mahal, gajinya nggak cukup untuk balik modal. Jadi nyari sampingan aja, sayang kalau kemampuan nggak dimaksimalkan,” tulis akun @pra***.
Dampak dari skandal ini tidak hanya terbatas pada citra kepolisian, namun juga mempengaruhi keamanan dan kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum.
Pihak berwenang diharapkan dapat mengambil langkah-langkah preventif yang lebih ketat untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. (*/Shofia)