Nusa Tenggara Barat, gemasulawesi – Fenomena banjir rob akibat gelombang tinggi menghantam sejumlah kawasan pesisir di NTB (Nusa Tenggara Barat), salah satunya Pantai Induk yang terletak di Kabupaten Lombok Barat membuat perkampungan nelayan tergenang air laut.
Dalam keterangannya di Mataram pada hari Selasa, tanggal 20 Agustus 2024, Lalu Gita Ariadi, yang merupakan Sekretaris Daerah Provinsi NTB, menyampaikan pemerintah mencermati fenomena tersebut.
Lalu Gita Ariadi mengatakab banjir rob itu pihaknya cermati sebab fenomena alamnya sebab musiman datang.
NTB sebagai wilayah pesisir kini menghadapi ancaman serius terkait dengan fenomena perubahan iklim.
Pemanasan global dan peningkatan muka air laut memberikan dampak terhadap pulau-pulau kecil di Nusa Tenggara Barat, termasuk dengan banjir rob yang sekaang melanda kawasan pesisir.
Pemerintah Nusa Tenggara Bata menyatakan pembangunan tanggul untuk menahan gempuran ombak dan abrasi air laut telah dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan.
Dikutip dari Antara, dia menyampaikan rob tidak serta-merta mengakibatkan pengikisan, kemudian abrasi dan langsung jeronjong.
“Ada treatment lingkungannya, pihak kami memberikan treatment secara komprehensif,” ujarnya.
BMKG mengeluarkan peringatan dini tentang banjir rob yang melanda sejumlah kawasan pesisir, terutama Pulau Lombok pada tanggal 20 hingga 23 Agustus 2024.
Tinggi gelombang rob diperkirakan mencapai 10 sentimeter hingga 75 sentimeter dengan pasang maksimum dapat mencapai lebih 2 meter.
Waktu pasang terjadi sekitar pukul 08.00 WITA hingga pukul 14.00 WITA.
BMKG atau Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika meminta masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir untuk mewaspadai dan bersiaga dari pasang air maksimum yang timbul akibat fenomena rob itu.
Di sisi lain, Pemerintah Provinsi NTB membuka peluang perhutanan sosial untuk memetik manfaat dari perdagangan karbon sebagai skema pendanaan alternatif yang dapat dimanfaatkan masyarakat adat dan juga kelompok masyarakat yang mengelola hutan secara sosial. (Antara)