Nasional, gemasulawesi - Pegiat media sosial Dr. Tifauzia Tyassuma, M.Sc, yang dikenal dengan nama Dokter Tifa, menyoroti pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) yang akan segera diluncurkan oleh pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Danantara dirancang sebagai badan pengelola dana kekayaan negara Indonesia dengan tujuan menginvestasikan sumber daya dan aset negara ke dalam proyek-proyek berkelanjutan di berbagai sektor.
Presiden Prabowo secara resmi mengumumkan bahwa peluncuran Danantara akan dilakukan pada 24 Februari 2025.
Pemerintah berharap badan ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan investasi di sektor energi terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, dan produksi pangan.
Langkah ini sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen dalam lima tahun ke depan yang telah dicanangkan pemerintah.
Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan pada Jumat, 14 Februari 2025, Prabowo menegaskan bahwa Danantara akan berfokus pada proyek-proyek yang memiliki dampak besar terhadap perekonomian nasional.
"Danantara yang akan diluncurkan pada tanggal 24 Februari, bulan ini, akan menginvestasikan sumber daya alam dan aset negara kita ke dalam proyek-proyek yang berkelanjutan dan berdampak tinggi di berbagai sektor," jelas Presiden Prabowo.
Di tengah optimisme pemerintah, sejumlah pihak menyampaikan pandangan kritis terhadap badan investasi ini.
Salah satunya adalah Dokter Tifa, yang mempertanyakan apakah Danantara benar-benar akan menjadi super holding yang bermanfaat bagi negara atau justru akan menjadi alat penyimpangan yang merugikan rakyat.
Melalui cuitan di akun X resminya pada Jumat, 21 Februari 2025, Dokter Tifa mengungkapkan kecurigaannya terhadap efektivitas Danantara dalam konteks tata kelola pemerintahan Indonesia.
Ia menyoroti perbandingan antara Danantara dan Temasek, badan pengelola investasi milik pemerintah Singapura yang dianggap berhasil dalam mengelola aset negara.
Menurutnya, membandingkan kedua institusi tersebut tidaklah relevan mengingat tingkat korupsi di Indonesia yang berbeda jauh dengan Singapura.
"DANANTARA, Super Holding apa Super Rampok ini? Bayangkan, negara sarat Koruptor, mau bikin Superholding seperti Temasek Singapura. Padahal Koruptor udah berderet dari ujung ke ujung. Kalo Singapura ada yang berani Korup, langsung digantung. Lha di sini? Malah dikasih jabatan," tulis cuitan Dokter Tifa.
Pernyataan tersebut menuai berbagai tanggapan dari publik.
Sebagian mendukung kritik yang disampaikan Dokter Tifa dengan alasan bahwa Indonesia memiliki rekam jejak panjang dalam kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi negara.
Mereka khawatir bahwa Danantara justru akan menjadi ladang korupsi baru yang sulit diawasi.
Di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa pembentukan badan investasi semacam ini adalah langkah maju yang perlu didukung, asalkan ada sistem pengawasan yang ketat dan transparan. (*/Risco)