Nasional, gemasulawesi - Pengamat media sosial, Islah Bahrawi, turut menyoroti fenomena viral seorang wanita yang mengaku sebagai "Ratu Sedunia."
Dalam video yang beredar luas di media sosial, wanita tersebut mengklaim memiliki kekuasaan global serta mampu mencairkan dana dalam jumlah besar di 17 negara.
Pengakuan tersebut sontak menjadi perbincangan publik, mengingat klaim yang dibuat terdengar tidak masuk akal.
Dalam video yang viral itu, wanita tersebut tampak duduk dengan memegang dua tongkat dan mengenakan pakaian yang menyerupai seragam militer, lengkap dengan berbagai aksesori yang membuat penampilannya semakin mencolok.
Tidak hanya itu, dalam video tersebut ia juga berbicara dengan penuh keyakinan tentang kekuatan yang ia miliki dan bagaimana dirinya memiliki kendali atas berbagai aspek global.
Fenomena ini pun menarik perhatian banyak pihak, termasuk Islah Bahrawi.
Ia tidak hanya menyoroti sosok wanita dalam video tersebut, tetapi juga mengkritik orang-orang yang masih mempercayai klaim semacam itu.
Menurutnya, kepercayaan terhadap pengakuan yang tidak berdasar seperti ini seharusnya sudah tidak relevan di era modern.
"Mereka yang masih percaya dengan beginian, harusnya hidup di Uganda 50 tahun yang lalu," tulis Islah Bahrawi dalam cuitannya di akun X resminya pada Senin, 10 Februari 2025.
Dalam cuitan tersebut, Islah juga mengunggah ulang video yang memperlihatkan wanita tersebut.
Unggahannya itu pun mengundang berbagai reaksi dari warganet yang turut memberikan tanggapan terhadap fenomena ini.
Banyak yang menganggap bahwa fenomena seperti ini bukanlah hal baru, melainkan bagian dari pola lama yang terus berulang dalam berbagai bentuk.
Beberapa warganet bahkan menilai bahwa fenomena semacam ini adalah cerminan dari kondisi sosial masyarakat yang masih mudah dipengaruhi oleh klaim-klaim tanpa dasar.
Bukan hanya soal wanita yang mengaku sebagai "Ratu Sedunia," tetapi juga banyak kasus serupa yang melibatkan orang-orang yang mengklaim memiliki gelar, pangkat, atau kekuatan gaib demi mendapatkan pengikut dan keuntungan pribadi.
"Ada yang menipu menggunakan gelar, ada yang menipu menggunakan pangkat, ada juga yang menipu dengan memamerkan jimat. Memang udah lengkap negara ini," tulis akun @TR_*** dalam balasan terhadap unggahan Islah Bahrawi.
Komentar tersebut mencerminkan pandangan sebagian masyarakat bahwa fenomena seperti ini bukan sekadar persoalan individu yang mengaku memiliki kekuasaan, tetapi juga tentang bagaimana masyarakat merespons klaim-klaim tersebut. (*/Risco)