Kesehatan, gemasulawesi – Penyakit Stiff Person Syndrome (SPS) adalah gangguan neurologis langka yang ditandai dengan kekakuan otot yang persisten dan spasme yang tidak terkontrol.
Penyakit Stiff Person Syndrome diderita oleh salah satu penyanyi terkenal di dunia, Celine Dion dan membuatnya membatalkan tur dunia hingga tahun 2024 mendatang.
Meskipun jarang terjadi, Stiff Person Syndrome dapat memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup individu yang terkena.
Baca: Nassar Mengaku Akan Penyakit Radang Paru-paru yang Dideritanya Sempat Membuatnya Sulit Bernapas
Dalam artikel ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang penyakit SPS, termasuk gejalanya, penyebab yang mungkin, dan pengelolaannya.
Gejala utama dari SPS adalah kekakuan otot yang ekstrem, terutama pada otot-otot tungkai dan tronkus.
Penderita SPS sering mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan yang normal, seperti berjalan atau berganti posisi dan disertai dengan nyeri otot yang berkelanjutan.
Selain itu, serangan spasmodik juga dapat terjadi, di mana otot-otot menjadi sangat tegang dan menyebabkan gerakan yang tidak terkontrol.
Hal ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan membatasi mobilitas penderitanya.
Penyebab pasti SPS belum sepenuhnya dipahami, tetapi diketahui bahwa penyakit ini terkait dengan gangguan sistem kekebalan tubuh.
Pada kebanyakan kasus, SPS terkait dengan produksi antibodi yang menargetkan protein GAD (glutamat dekarboksilase).
GAD berperan dalam produksi neurotransmiter GABA di otak dan sumsum tulang belakang.
Baca: Mengidap Penyakit Tumor Colli, Selebriti Aurelie Moremans Ungkap Keluhannya di Kanal Instagram
Kerusakan atau disfungsi pada sel-sel saraf yang memproduksi GABA dapat menyebabkan kelainan dalam pengaturan sinyal otot dan menghasilkan gejala yang terlihat pada SPS.
Diagnosis SPS dapat sulit karena gejalanya serupa dengan kondisi neurologis lainnya.
Dokter dapat mempertimbangkan riwayat medis pasien, melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dan mengambil sampel darah untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap protein GAD.
Tes penunjang seperti elektromiografi (EMG) dan pencitraan otak juga dapat digunakan untuk membantu dalam proses diagnosis.
Baca: Waspada Penyakit Leptospirosis, Menular Melalui Air dan Cairan Tubuh
Pengelolaan penyakit ini fokus pada mengurangi kekakuan otot, mengontrol nyeri, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Terapi farmakologis, seperti penggunaan obat anti-spastik dan obat pereda nyeri, dapat direkomendasikan untuk mengendalikan gejala.
Terapi fisik dan terapi okupasional juga dapat membantu memperbaiki mobilitas dan fungsi sehari-hari.
Selain pengobatan medis, dukungan psikologis dan pendidikan pasien dan keluarga juga penting dalam pengelolaan SPS. (*/AS)
Editor: Muhammad Azmi Mursalim
Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di: Google News