Terungkap! Inilah Asal-usul Dugderan Semarang yang Meriah di Bulan Suci Ramadhan

Ket. Tradisi dugderan di Semarang (foto/PPID Semarang)

Kupas Tuntas, gemasulawesi – Dugderan adalah tradisi umat Islam di Semarang, Jawa Tengah, untuk menyambut bulan Ramadhan selain sebagai festival tahunan bahkan pesta rakyat.

Tradisi Dugderan telah ada jauh sebelum pendudukan Belanda, tepatnya tahun 1881 Masehi.

Kata ‘dugder’ dalam tradisi Dugderan berasal dari gabungan bunyi gendang ‘dug dug’ dan bunyi meriam yang mengikutinya, yaitu ‘der’.

Baca Juga : 14 Daftar Tempat Wisata Semarang yang Sangat Wajib kamu Kunjungi

Menurut riwayat, pada zaman dahulu umat Islam Semarang sering berselisih pendapat dalam menentukan awal bulan Ramadhan.

Saat itu, Tumenggung Aryo Purboningrat akhirnya menetapkan awal puasa Ramadhan dengan menabuh bedug di Mesjid Agung sebanyak 3 kali, kemudian menyalakan meriam bambu di halaman lingkungan kabupaten.

Baca Juga : Daftar Kota Terbersih di Indonesia, Salah Satunya Berada di Sulawesi

Setelah adanya keputusan tersebut, umat Islam di Semarang tidak lagi memiliki perbedaan pendapat mengenai awal bulan Ramadan dan Dugderan menjadi bagian dari budaya lokal.

Tradisi Dugderan umumnya berlangsung dari pagi hingga matahari terbenam, sekitar pukul 08.00 hingga Maghrib.

Perayaan tradisional ini biasanya diawali dengan pasar rakyat dan karnaval Warak Ngendog dengan arak-arakan mobil.

Baca Juga : Ini Nih 6 Fakta Laki-laki ISTJ yang Mencintai Tradisi

Warak Ngendog adalah makhluk khayalan dengan tubuh kambing, berkepala naga, dan bersisik kertas berwarna warni dan memiliki telur rebus yang disebut masyarakat, endog.

Maskot Warak Ngendog memiliki makna simbolis sebagai lambang keberuntungan yang melimpah dalam bentuk telur.

Baca Juga : Pelaku Pembunuhan Wanita Hamil di Semarang Diancam Penjara 15 Tahun

Warak Ngendog sebagai maskot festival Dugderan juga memiliki makna simbolis yang lebih dalam.

Warak Ngendog merepresentasikan optimisme dan harapan, dimana kelimpahan dan kesuburan akan selalu ada dalam hidup meskipun ada kesulitan atau krisis.

Baca Juga : Kemendag Pastikan Pasokan Bapok Jelang Ramadhan Terkendali

Selain itu, Warak Ngendog juga melambangkan keberanian dan ketangkasan karena memiliki bentuk yang unik dan berbeda namun tetap kuat dan tahan lama.

Selama festival Dugderan, Warak Ngendog berparade bersama dengan berbagai atraksi dan pertunjukan lainnya, dan dihiasi dengan ornamen yang indah.

Warak Ngendog merupakan salah satu atraksi utama festival ini yang menarik banyak wisatawan dan pengunjung dari berbagai daerah. (*/YN) 

Editor: Muhammad Azmi Mursalim

Ikuti Update Berita Terkini Gemasulawesi di : Google News

Bagikan: